Pages

Selasa, 26 Agustus 2008

Penggambar Mimpi By : Nielam, dkk


Pertama kali buku ini sampai ke tangan, kesan pertama : covernya unik banget.
Setelah pengamatan sebentar : bukunya tipis banget.
Setelah membuka sampul plastiknya, lalu kubolak balik halamannya sekilas : ceritanya banyak banget.
Buku yang hanya setebal 90 halaman (udah termasuk pembuka dan penutup) ini berisi lebih dari 10 cerita. benar2 sebuah kumpulan cerita pendek.

Kubaca lembar demi lembar. Hanya dalam waktu singkat sudah selesai. Kesannya??? Seperti membaca beberapa komik cantik secara berurutan. Ibarat memakan permen nano nano yang ramai rasanya. Simple, sederhana, ga dibuat-buat dan terasa dekat dengan keseharian.

Aku seperti bisa menjadi hantu yang menembus dinding dan tepian danau serta melihat dunia dari sudut pandangnya. Aku tersenyum kecil karena apel dan peristiwa di kereta bawah tanah yang mengingatkanku pada getar-getar cinta pertama. Tertawa getir ketika dihadapkan pada realita cinta pertama yang akan menikah.

Ceritanya simple dan sederhana. Gak ada yang terlalu unik ataupun baru. Aku sering sekali menemukan cerita2 sejenis di banyak media. Mulai dari komik, cerpen-cerpen di majalah wanita hingga keseharian kita. Tiada yang terlalu original dan asing. Tetapi, sesuatu yang simple sekalipun, kalau diramu dengan baik bisa menjadi sesuatu yang indah.

Ini adalah awal dari perjalanan karya para pemimpi yang mulai menjadikan mimpi mereka menjadi nyata dan kenyataan ibarat mimpi. Selamat buat mereka berempat

Jumat, 15 Agustus 2008

Onrust With GRI (Agustus 2008).


 
Chapter 1: Perjuangan Menuju Onrust

Minggu kemaren gue ikut plesiran tempo doeloe bareng temen-temen dari Goodreas Indonesia, Jakarta Bookworms dan Sahabat Museum.

Petualangan seru yang berawal dari pagi. Gue, Dahlia Naga n Intan Kero dengn semangat empat lima berangkat dari kostan di pancoran. Tapi gara-gara info menyesatkan petugas stasiun kami tersasar terbawa kereta jurusan tanah abang. Turun di stasiun yng gak dikenal, celingukan akhirnya kami memutuskan naik bajaj menuju halte busway terdekat. Emang dasar sial, si abang bajaj gka tau pula dimana tempatnya. Terpaksa dech celingukan di bajaj cari arah yang benar. tetapi sempet berfoto-foto loch di dalam bajaj. Heuh3x …teteup =) finally nyampe juga di halte busway dukuh atas lalu menuju ke kota dan Museum Fatahillah.

Sesampainya disana, udah rame banget. Jadi malu. Padahal teorinya, nama gue n Dahlia udah dipajang jadi host. Tetapi nyatanya?? lebih telat drpd peserta yg lain..hahaha :D Gara-gara nyasar. Masih bety la fea sama itu petugas stasiun kalibata.
Tapi… emang dasar, sesampainya disana langsung berfoto-foto ria. dimana ada spot keren n kamera, langsung bergaya. kalo emang bener kata orang jaman baheula, tiap foto yang diambil akan mengurangi nyawa kita. Gak keitung dech, berapa banyak waktu hidup gue yang keambil...hohoho :D

Dari Museum Fatahillah kita menuju Dasad Musin Building. Mencoba mencari terowongannya ES ito di “Rahasia Meede”. Kok gak ketemu ya??  And then, kita menuju muara kamal by bus. eits..tapi ntar dulu. apa itu yg dibawa-bawa oleh Kisanak Nanto?? sebuah meja biru yang merupakan perwakilan dan jiwanya Amank yang gak rela banget kita tinggalkan di daratan. Jadi dia mengutus si meja biru buat kita bawa-bawa ke Onrust.

Dengan bus enam, sekitar jam sembilan-an kita berangkat menuju muara kamal. Sebelum naik bus, guru Po, nitipin amanah yang lumayan berat "titip ES ito n orang2 dari hikmah ya. tolong ditemenin karena gw ga ada". Tanpa mikir panjang gue iyakan saja permintaannya...

Turun dari bus, kita harus menempuh perjalanan dgn jalan kaki. Melalui pelelangan ikan dan kampung nelayan yang ... tak terkatakan. Inilah kondisi riil nelayan bangsa kita. Hidup pas pasan walopun harus mempertaruhkan nyawa dan keberanian demi mendapat ikan.

Jam setengah sebelas sampe dech di dermaga muara kamal. n weitss..apaan tuh, ternyata kapal yang digunakan adalah kapal kayu bermotor. Mana penampakannya ajaib lagi. Kirain pake speed boat. Terus mana life jacketnya?? Agak-agak horor juga awalnya. But berani-beraniin aja. Gak mungkin balik lagi kan?? Gw kebagian kapal nomor sembilan. Terpaksa dech berpisah dengan tim dari hikmah n ES ito, soalnya mereka ada di kapal nomor 10. Awalnya ngerasa ga enak. kan gue dpt amanah buat nemenin mereka?? Tapi mau gimana lagi, pembagian kapalnya udah begitu.

Dengan membaca bismillah, kuarungi samudera dengan kondisi ala kadarnya. Untunglah, ombak sedang bersahabat. Padahal sempet takut juga kena mabuk laut. Tadi udah persiapan minum antimo hasil pemberian Dian. Sepanjang jalan kuamati sekitar. Semakin jauh dari dermaga, pemandangan makin indah. laut yg indah. Cuaca cerah. foto foto?? gak lupa. Tanpa terasa kapal mendarat di Onrust dengan selamat 
Chapter 2: Narsis Time
Finally, Onrust I'm coming. Pertama kali menjejakan kaki di pulau yang punya sejarah berabad abad ini, kami disambut oleh panas matahari yang menyengat. Jelas aaja, ini sudah jam setengah dua belas. Hampir tengah hari bolong. Untungnya panitia tadi udah dua kali kasih snack. Yang pertama pas registrasi. aqua botol, lontong plus risol. yang sdh tertelan habis. Yang kedua, roti buaya plus air mineral. Yang ini, roti buayanya belum kumakan. Padahal sbg informasi aja. tadi pagi di kostan gue n Intan sudah makan sepiring indomie goreng. Kebayang dong, sudah berapa banyak makanan yng masuk ke karung di perutku ini =D

Cuaca beneran panas, mana lupa pake sunblock n bawa topi lagi. padahal emang gak punya sih :p Walhasil kulitku terbakar matahari. Sebodo amat dech, nanti juga bisa treatment lagi. Yang penting have fun!! Banyak spot-spot keren buat berfoto-foto ria. Acaranya seru...bgt. Lumayan buat ngilangin stress yang terpendam. Puas bernarsis ria. Puas liat spot-spot keren plus bernilai sejarah. Upss. kalo yang ini nanti dulu. Memang gue dengerin pematerinya ya?? sibuk foto-foto sendiri sampai ga ikutin penjelasan dari babe Lili n abah Alwi.

*bisik bisik* maaf ya beh, abah... next time gak lagi dech :P

Yakin loe?? hahaha ga tau juga sih. Pan kalo materi bisa dicari di buku or internet. Tapi kalo kesempatan berfoto-foto?? kapan lagi?? *denial mode on* Yang pasti acara itu bener-bener seru!! Gak rugi dech ngerogoh kocek 200rb. Harus rela beririt ria bulan ini. Tambah temen, tambah pengalaman. tambah koleksi foto-foto, plus bisa cuci mata... :D

Berpetualang mencari harta karun VOC di Onrust. itu hanya jadi sekedar slogan saja. Nyatanya, disana kami hanya memuaskan naluri bernarsis diri. Sang nara sumber ES Ito, jadi kalah menarik dibandingkan pemandangan di sekitar kami. Sempet juga sih, ke sumur tua yg merupakan tempat penyimpanan air di zaman VOC yang dijadikan setting tempat harta karun VOC ala ES Ito. syerem. Itu kesan pertama yg kutangkap. Jadi teringat film the ring. Ketika sodako keluar dari sumur..ihh... syerem.... horor… buru-buru kabur dech daripada mimpi yang gak gak. Tetapi bener gak sih?? harta karun VOC itu ada?? maybe yes maybe no. Itu bisa jadi hanya mitos, khayalan, legenda, atau bahkan sebuah fakta. Dan tentang sumur tadi?? bisa jadi juga benar disana. Karena menurut papan keterangan disana, luas di dalamnya bisa mencapai 50000 m3 dan terbagi dlm 8 ruangan yang saling berhubungan. Jadi mungkin saja benar disana. Pertanyaanya?? adakah yg berani masuk ke gelapan disana?? yang pasti gw ga segila dan terobsesi gitu ampe rela nyemplung ke sumur yang mirip sumurnya sodako itu.

Lupakan dulu sumur tua, juga teka teki harta karun voc di dalamnya. Ini saatnya bernarsis ria!! cari spot-spot keren. Cari orang yang bawa kamera. dan tra la...la jepret!! . Selalu siap bergaya. Saking keasyikan bernarsis ria, gerombolan klub narsis tertinggal perahu. Gak kebagian perahu normal. A lhasil, kami terpaksa naik kapal 'ajaib' yang lebih kecil,lebih pendek dan lebih berbahaya. Serasa naik arung jeram. Bedanya ini di laut dengan kedalaman ampe ratusan bahkan ribuan meter. Kebayang dong, gimana kalo ini kapal kebalik bisa-bisa kami semua dimakan ikan dech. Gue gak bisa berenanf bow..

Tapi gak usah dibayangin dech. Saking paniknya sampe ada yang teriak-teriak histeris, menggenggam tangan orang diselahnya dengan kerasss..bgt. Ada yg komat kami merapal do'a dan mantera, ada yg hampir nangis (atau udah nangis beneran ya??) (salim..peace =P) Anna dgn gagah beraninya malah berdiri di atas kapal memotret kehisterisan orang-orang. Berani banget dia, pikirku. Dalam kondisi begini jadi inget dosa, jadi inget Tuhan. Gue gak mau mati muda. Gue belum menggapai impian-impian gue!! n yang pasti dosa gue masih banyak!! Belum kebayar ama pahala. Omong-omong emang dosa bisa dibayar ya?? Hahaha, kaya berdagang aja. pertanyaan yang gak perlu dijawab.

Akhirnya, kami beserta seluruh rombongan di 'kapal ajaib' berhasil mendaratkan jangkarnya di dermaga bidadari (weit, emang kemaren pake jangkar ya??). Menarik nafas lega karena lepas dari kegilaan dan kepanikan di atas kapal ajaib tadi. Alhasil, hampir seluruh kru gerombolan narsis agak trauma ketinggalan kapal. Mereka ga mau jauh-jauh dari dermaga supaya gak ketinggalan kapal dan terpaksa naik kapal ajaib tadi.

Pulau bidadari, pulau paling ramai di sekitar pulau seribu ini. Penuh tempat penginapan. dan bayak orang dengan beragam kapal. Mulai dari kapal ala kadarnya seperti kami, sampai kapal pesiar, mungkin kapal pesiar pribadi. Kami hanya berkeliling sebentar disini. menuju Benteng Mortello. Itupun ga lama. Buat menghindari kejadian ketinggalan kapal tadi. Sebelum waktu berakhir, kami sudah duduk manis di dalam kapal kayu yang agak normal.

Gerombolan narsis berada di satu kapal. Berfoto ria (lagi, untuk entah yang keberapa kali). Tak sampai 10 menit, kami sudah sampai di pulau terakhir dalam rangkain perjalanan kami kali ini. pulau cipir yg sepi. penuh dengan bangunan-bangunan tua yang hampir runtuh. Bekas asrama haji, rumah sakit, etc. Suasananay agak bikin horor. Kebayang dech kalo ke sini sendirian, malem, di malam jumát kliwon...sssshhhhhhhh...sunyi senyap. gelap. Tetapi kesunyiannya terkoyak karena kedatangan 350 orang peserta plesiran tempoe doeloe ini. Lagi-lagi spot keren yang kami cari. Walaupun tak terlalu banyak. Bagusnya menggunakan foto yang telah disepfia, atau bahkan di buat black n white. Biar kesannya jadul banget gitu. Tak lama, kami berkumpul dengan peserta lainnya. Sementara mereka mendengarkan materi yg diberikan para sejarawan. kami, sibuk berfoto ria (lagi lagi). Tapi kali ini kami tak sampai lupa diri. Pada waktunya kembali kami sudah ada di atas kapal.

Gerombolan kami berada di satu kapal. kapal yang paling ramai oleh suara canda tawa, riuh rendah. Ditambah lagi, ketika kapal mulai berangkat. ada pria kekar berbaju hijau yang dengan PDnya ganti baju di kapal dann bikin geger semua peserta.. musclenya itu loch.. kotak kotak..uih..ga kuku ga jari ga jempol dech =) guede bgt. Kayak cover majalah mens health. Ampe-ampe ada yg ngences...ups..siapa tuh *lirak lirik* gak ada orangnya kan?? sontak orang2 pun ber uhhh..bersama. Bersorak, bertepok tangan heboh. Dan si pria berkaos hijau tadi semakin menjadi-jadi dengan menunjukan otot-otot bisepnya ala binaragawan ataupun model majalah kesehatan pria. Kagum?? keren?? atau serem?? Yeks..to much muscle I think entahlah. Pokoknya kejadian itu bikin suasana dermaga menjadi seru dan ramai. Menghantarkan kami pada perjalanan terakhir untuk kembali ke daratan jakarta.
Sebenarnya, masih ada satu pulau yang rencananya kami singgahi, yaitu pulau kelor. Tewtapi, sesuai namanya, pulau ini kecil..banget. jadi kalau disinggahi 350 orang peserta tour yang dijamin tidak bisa diam, dikhawatirkan pulau ini bisa tenggelam. So for safety reason, panitia memutuskan untuk melewatkna pulau Kelor dalam tour kali ini
L padahal sayang sekali, dari kejauhan, trlihat kalau pulau ini sangat..indah. dengan pasirnya yang putih plus benteng tuanya yang eksotis. Terpikir buat bikin foto pre-weding di sini. Keren kali ya. tapi mau foto prewed sama siapa? Cari calonnya dulu kali yak :D

Omong- soal perjalanan, perjalanan kali ini bener-bener seru. Ketemu banyak temen-temen baru, pengalaman baru, foto2 seru dan jadi ajang cuci mata. Sempet juga, sudenly my heart have beat on with someone i never seen before. Unconsionusly, my eye always rolling, search for him?? Hmm.. i don't know when i'll see him again. Wakakakak :D Itu cuma jadi bumbu penyedap perjalanan yang sudah sedap ini. Perjalanan yang tak terlupakan. Diluar ada beberapa kekurangan, ini tetap jadi pengalaman indah yang pantas tuk dikenang. I enjoy this trip. i love to be member of goodreads community. i love Goodreads, i like my friends, i love book, i love my life. c u all again next time. if God give us a chance. Insya Allah.

Jakarta, August 2008

Rabu, 13 Agustus 2008

Gadis pantai By : PAT


Perempuan adalah sang 'empunya'. Perempuan sebagai guru, tonggak peradaban. Majunya perempuan adalah majunya suatu bangsa, matinya perempuan adalah matinya suatu bangsa.

Wanita berasal dari kata wani dan tata (toto). Sesuatu yang di tata, Ataukah (hanya) sebuah perhiasan??

Kontradiksi makna perempuan dan wanita menjadi gambaran hidup seorang perempuan. Perempuan sebagai pemberi hidup bagi alam. Saking besarnya peran perempuan, hingga di hampir seluruh tempat di dunia ini terdapat legenda, mitos tentang Dewi Ibu, Dewi Sri, Dewi kesuburan, dan sejenisnya. Tetapi di lain pihak, di berbagai belahan bumi, hingga kini, wanita hanya dijadikan sebagai perhiasan dan objek semata. Dinisbikan peran dan nilainya. Tak ubahnya perhiasan. Kaum jahiliyah di masanya, Era Siti Nurbaya, feodalisme Jawa hingga nasib perempuan-perempuan Afgan yang terlindas Taliban.

Sang Dewi yang merana. Ibunda yang sengsara. Itulah nasib kami, kaum perempuan dari dulu hingga kini. Tergusur hegemoni laki-laki yang dengan keangkuhannya hingga menggambarkan Tuhan dari jenisnya sendiri.

Gadis pantai adalah gambaran nasib kaum perempuan dari golongan kebanyakan di era feodalisme jawa. Pasrah pada nasib. Tak punya hak, tak punya pilihan. Bahkan untuk hidupnya sendiri. Tiada peran perempuan. Yang ada hanyalah fungsi wanita sebagai perhiasan. Sebagai alat pemuas nafsu laki-laki. Di usia belia, gadis pantai 'diserahkan' untuk menjadi pemuas seks lelaki bangsawan. Di usia muda, gadis pantai kehilangan segalanya. Kemudaannya, keceriaannya, kebebasannya dan dirinya sendiri sebagai manusia merdeka. Status, kasta, darah, keningratan dan jenis kelamin yang mendiskriminasi. Menempatkan gadis pantai sebagai sasaran empuk celaan.

Sebuah karya yang mengusik kesadaranku sebagai perempuan. Sama seperti Thousand Splendid sunsnya Khosaini. walaupun dengan latar tempat dan waktu yang berbeda, keduanya menceritakan nasib perempuan yang dinistakan. ditiadakan dan direndahkan.

Aku hanya bisa berkata "inilah nasib kaum perempuan dimana mana. kapan saja"