Pages

Minggu, 29 Agustus 2010

My Phone Story (Me, My Phones and BB)



Kalo dihitung-hitung, sampe sekarang gue udah sembilan kali ganti hp. Bukan karena gue suka gonta ganti hp. Tetapi karena selalu ada accident. Pada dasarnya, gue bukanlah tipe orang yang suka mengikuti mode dengan gonta ganti hp, juga karena sadar "budget". Buat gue, fungsi utama hape hanya buat nelpon dan sms. So, selama hp masih bisa dipake buat telpon n sms, gak bakalan dech beli hp baru, kecuali kalau “terpaksa”. Sebuah "keterpaksaan" yang sering banget terjadi :P

Hp pertama gue, Ericsson T10 kuning ngejreng warisan dari kakak sulung gw. Ia 'tewas' setelah ratusan kali jatuh, kebanting, ketendang, etc. Malang nasibnya jadi “korban kekerasan” gue, berawal dari flipnya yang patah bersambung ke batere dan onderdil dalamnya. Begitupun dengan hp nomor dua (Siemens c25 hijau tua). Setelah sempat mengalami patah antena dan sempat diamputasi, si bandel ini tewas juga. Kalo yang nomer tiga (Motorolla c330 biru metalic) raib diembat “tangan-tangan mahir” di krl jabotabek (copet sialan!!).

Tragedi si nomer empat (Phillips 550 touchscreen pad silver) lebih kacau. Berawal dari kekerasan biasa, jatuh, kedudukan, ketendang kebanting, etc. Plus pen hpnya hilang. Karena waktu itu gue sedang berada di Surabaya dan susah banget cari onderdil pengganti pad hp jenis itu (maklum, bukan merk dan model sejuta umat :P). Akhirnya, sebagai pengganti 'pen" hp, gue pake pulpen, pensil, paku, jarum pentul, jempol, telunjuk, etc. Pokoknya apapun yang bisa dijadiin pen untuk dipakai di layar touchscreennya :P Belum sempat dapat spare parts pennya, si nomer empat mengalami “kecelakaan” lagi. Gara-gara gw lupa saat 'main' di tower, ternyata itu hp masih “nangkring” di saku belakang celana jeans, dan posisinya kurang bagus. Akibatnya si hp merana terjun bebas dari ketinggian 20 meter. Tuu....ng… swing.... Prak.. krekk. Walaupun sempat 'bandel', alias mesinnya tetap hidup, tetapi layar touch screennya rusak boo. LCDnya jadi kebalik. Kanan jadi kiri, kiri jadi kanan. Jadi, kalo mau baca apa yang tertulis di layar, termasuk sms, harus pake cermin dulu. Hahaha. Tak tahan harus miring-miring bikin juling dan harus nyediain cermin saat baca sms, gue putusin untuk mempensiunkan si nomer empat lalu beli si nomer lima (Nokia 6270 bronze metalic).

Awalnya tak ada masalah dengan si nomer lima. Karena gue usahain meminimalisir tingkat "kekerasan" pada hp. Pun si nomer lima sempat punya teman si nomer enam (Nokia cdma sejuta umat warna biru muda, tipenya udah lupa). Setelah satu tahun thn, tiba-tiba kecelakaan itu terjadi. Pada tanggal 2 Januari 2007 sekitar jam 8 pagi berlokasi di pelataran Plaza Kuningan South Tower. Pagi itu gue baru sampai di kantor dengan diantar driver kantor. Begitu sampai, gw langsung membuka pintu mobil dan keluar. Tiba-tiba terdengan bunyi..Tung tung..prakkk ..krakkk.. Hancur hatiku melihat si nomer lima dan enam secara bersamaan sudah jatuh ke aspal, terlindas pula oleh mobil sedan yang datang dari arah belakang. Si nomer lima pun langsung "koma". Ajaibnya si nomer enam gak kenapa-kenapa.
Si nomer lima sempat dievakuasi ke emergency hp di Roxy. Plus sempat beberapa kali dioperasi. Sempat bernyawa selama beberapa bulan. Sebelum akhirnya “colaps” setelah ikut berenang di air laut Pantai Parangtritis Yogyakarta . Si nomer enam, gw “pinjemin” ke adik gw yang akhirnya di-HM-kan olehnya sebelum akhirnya berpindah tangan ke kakak gue, terus ke kakak ipar. Saat ini nasib si nomer enam masih baik-baik saja setelah jadi Hape 4G di tangan kakak ipar :P Survey membuktikan, ternyata Hp murah sejuta umat lebih tahan lama, tahan banting (plus tahan lindes) dibandingkan hp canggih yang lebih mahal. Hohoho :D


Sebagai pengganti si nomer lima, gue memilih Sonny Ericsson K790i hitam metallic sebagai nomer tujuh. Kepincut beli hp ini karena ini adalah hp yang dipake James Bond di film terbarunya (saat itu). walaupun tidak secanggih di film james bond sih (bisa multi fungsi, sebagai hp, gps, spy camera, copy data fingerprint, etc). Setelah bertahan lebih dari setahun, si nomer tujuh mulai mengalami “kelainan” alias sering hang. Suka redial number sendiri hingga ngecall or miscall orang, kirim sms kosong yang bikin habis pulsa gue secara sia-sia ditambah lagi jadi malu plus gak enak banget sama temen-temen yang sering jadi korban “kejailan” si nomer tujuh. Buat temen-temen yang pernah jadi korban, maaf ya. I’m not do it with personal attention. Ga sengaja boow.. so jangan marah apalagi ke-GR-an sendiri yaks :D

Gak tahan dengan “kejahilan”nya, akhirnya gue “mengistirahatkan si nomer tujuh untuk recovery dan operasi lantas mencari pengganti sementara. Samsung murah meriah - monophonic with just black n white colour screen - warna merah tua (tipenya lupa) terpilih sebagai penggantinya sambil menunggu nomer tujuh sembuh seperti sedia kala. Si nomer delapan ini tak lama hidup sendiri. Setelah sekitar enam bulan si nomer tujuh siap untuk beraksi kembali .

Saat kembali ke Jakarta pertengahan 2009, gue harus merelakan si nomer delapan pindah tangan ke adik gue karena hp si adik sedang sekarat (kakak yang baik hati kan gue? LOL ). Emang dasar korban iklan, gw malah beli Samsung Corby B300 txt warna oranye ngejreng sebagai teman si nomer tujuh. Gue jatuh cinta sama corby karena beberapa alasan. Pertama: karena mas Nicholas Saputra (dan Dian Sastro juga sebenernya) yang jadi model iklannya (lagi-lagi korban iklan, model iklan lebih tepatnya). Kedua, gue suka dengan theme song iklannya- Technicolour by Paloma Faith- unik n enak didenger sampe-sampe gue jadiin ringtone hape. Ketiga, bentuknya mungil, ringan dan areodinamis (tanpa sudut), mirip miniatur mobil sports, apalagi warna casingnya oranye ngejreng yang “menarik” mata :P Keempat, dengan fitur yang lumayan lengkap harganya murah meriah (kalau dibandingkan dengan harga hape merk lain dengan fitur yang gak jauh beda). Kok gue jadi kaya promosi corby gini ya? He3x..this just my personal opinion loh. Klo produsen Samsung mau kasih rewards ke gue karena kasih opini positive gue akan dengan senang hati nan legawa menerima. Ho3x :D *ngarep.com*

And now.. gw menenteng si nomer tujuh & sembilan ke mana-mana. Dalam hati berharap, semoga kali ini umur kalian lebih panjang daripada pendahulunya.
By the way anyway busway, seringkali beberapa orang teman nanya ke gue “ PIN BB loe berapa?” trus gw bilang kalo gue gak punya BB. Pertanyaan terus berlanjut “Kenapa loe gak punya BB? Bukan karena gak mampu beli kan?” ups..please dech. Sorry to say dear, I don’t have BB and I’m not interest to buy a BB. If you asked me why? I‘ll said that until now, I think BB still not important (at least) for me . Gue bisa dapetin fasilitas yang hampir sama di hp non BB, yeach selain BBm-an sih ya. But nokia have Nokia messenger, and maybe others brand have similar programmes. Lagipula klo mau chatt, internet, etc kan bisa dengan hp yang lain kok. Tanpa harus berlangganan tiap bulan. In my personal point of view, now, almost people buy and use BB just for a lifestyle, even sometimes they doesn’t know exactly how to use all the fitures & facilities of it. And I think BB still not important to me, at least until now. Coz I don’t know what will happen at the future, right? Apalagi kala ada orang yang mau berbaik hati memberikan BB buat gue, gak akan gue tolak sepertinya. Until now, I’ll not buy a BB. But I wouldn’t reject if anyone gave me a BB for free. wuakkk :D

Jakarta, 29 Agustus 2010

Unbelievable By : Winna Effendi

Baru pertama kali ini baca seri Glamgirls. Dari tema seriesnya, dah kebayang sih kalau isinya tentang orang-orang tajir dgn segala “keglamorannya”. Pasti gak jauh-jauh dari pamer barang branded, gaya hidup socialite yang selangit, gaya bahasa yang sok westernish – alias campur aduk English Indonesia gitu deh.

Ternyata bener aja. Ini adalah cerita tentang anak-anak jetzet bin borju dan glamour yang kerjanya shopping, shopping, gossip dan gaya hidup serbah wah, lux, jetzet, high class dan bourjuis. Glamgirls - Rashi, Maybelline dan gank cliquenya - yang super glamourousss di sekolah VIS (Voltaire Internationale School) yang juga ga kalah glamorousss..nya. Glamourousss - with triple s, coz they are more than an ordinary glamour-.

Baca halaman-halaman awalnya sih bikin agak muak. Hedonis, konsumeris, materialis, borjuis, ga realistis, free lifestyle, sok westernis, so fashionable, etc yang gak banget deh (setidaknya buat gw pribadi). Gw seperti disuguhi parade barang branded yang dengernya aja baru sekarang :P Maklum, gw bukan berasal dari dunia “awan” yang tidak membumi. Dengan kata lain, kaum kebanyakan. Terlalu “ngawang”, bisa jadi karena terlalu “proletarnya” gw hingga tak mampu menjangkau dunia mereka yang selangit. Belum lagi dengan gaya bahasa yang campur aduk English-indonesia plus slangnya. Banyak bahasa dan istilah ajaib muncul. Ck ck ck ..geleng-geleng kepala gw dibuatnya. Gw jadi merasa jadul dan so…last years banget. Gak up to date geeto loch :D

Baca novel ini bikin gw jadi teringat sama “klub bulu-bulu” atau bahkan “si biru” yang sempet bikin geger ranah GRI dan selama hampir seminggu (bahkan lebih) selalu menghiasi bagian depan (home) setiap kali gw login di Goodreads. “si biru” yang menghebohkan bukan karena isi ceritanya, tetapi lebih kepada “faktor penulisnya” atau lebih tepat “attitude si penulisnya & tulisan-tulisannya di blog pribadinya yang defensive, narsis, megalomaniac…sekalee”. Otak prima vs otak Teflon. ups.. gak bermaksud membuka kembali lembaran lama yang udah basi dan so..last month :D

But seriously, tingkah laku, gaya bahasa dan cara para tokohnya memandang diri mereka sendiri dan orang serta lingkungan sekitarnya mengingatkan gw pada tulisan dan komentar penulis “si biru”. Apa memang anak-anak tajir bin jet zet atau yang sok tajir sok high class hampir semua berpikiran seperti itu? Hmm.. dunno coz to be honest I never be apart of them :P

Back to this unbelievable novel, strangely even the settings is almost hyperbolic (at least for me), i’m quite enjoy to read this book. Walaupun awalnya sempat bikin gw muak dan hampir gw lempar (ga jadi dilempar begitu inget, klo ini buku pinjeman dari orang.. @kakak palsay, tq yak ^^). Tetapi ceritanya tidak terkesan dibuat-buat. Inti ceritanya sendiri sih standar, nothing special, yaitu tentang anak-anak orang kaya dengan segala gaya hidup dan masalahnya. Namun pada akhirnya, cinta dan persahabatan mampu menemukan jalan sejatinya. Tetapi, ceritanya ringan dan mengalir begitu saja. Lama-lama enak untuk dibaca. Ditambah lagi tidak banyak tipo yg mengganggu (two thumbs for the editor).

Lumayanlah sebagai bacaan ringan pengisi hari.

Selasa, 24 Agustus 2010

My Stupied Bos - By Chaos@works

Beli buku ini waktu lagi iseng lontang lantung ga jelas di kota khatulistiwa – Pontianak -. Setelah “diusir” keluar hotel karena jam checkout jam 12 siang, tapi bulukan klo kelamaan di airport coz pesawat baru berangkat jam 6 sore (dengan catatan tidak ada delay).

Walhasil, gue lontang lantung gak jelas mondar mandir kelaperan (puasa boow) di mall samping hotel. Ngetem di Gramedia sebentar setelah celingak celinguk liat buku ini di deket kasir. Kebetulan lagi ada promo hadiahnya. Akhirnya si “bos goblog” ini gue tenteng bawa pulang plus gantungan kunci bergambar muka si pak boss. Lumayan, buat di injek-injek kalo lagi kesel di kantor. Wuakk :D

Bosen mondar mandir gak jelas, demi menghindari godaan barang-barang diskonan akhirnya gue ngetem di sebuah salon. Mending nyalon dech daripada bulukan nunggu sore. Tapi emang dasar nasib, salonnya penuh, so masih harus antri. Sambil nunggu giliran, gue buka aja plastik pembungkus buku ini.

Satu lembar ..dua lembar… *nyengir*
Sepuluh lembar..dua puluh lembar *ketawa pelan*
Halaman 30-an… *ketawa ngakak*
Halaman 40, 50 *ketawa ngakak guling-guling*
Gak nyadar kalo lagi dipelototin mbak-mbak tukang salon :D

Kocak. Sumpah ancur abies. Baca buku ini bener-bener bisa jadi obat stress mujarab dengan efek samping dianggap punya gangguan jiwa gara-gara kebanyakan nyengir dan ketawa. Buku ini sukses bikin gue ngakak sepanjang jalan, di mall, di perjalalanan ke airport dan selama di airport :D Sebenernya mo baca juga selama di pesawat. Tapi udah dipelototin duluan sama mbak-mbak pramugarinya :P

Setelah baca buku ini yang langsung kepikiran di otak gue adalah “kalau gue punya boss kaya gitu gimana ya?” Dengan sifat gue yang “penyabar” luar binasa ini bisa-bisa itu boss udah gue racunin atau gue jadiin tumbal Nyi blorong kayanya :D

And..the most important thing after I read this book is ..gue merasa beruntung belum pernah ketemu bos model begini. Ada sih beberapa mantan bos di kantor yang nyebelin atau super duper nyebelin atau yang mirip setan iblis dan kuntilanak gentayangan yang hobinya ngisep darah orang. Tapi pake muka manis dan topeng malaikat kalo di depan orang. But she is not as stupied as this bos. My ex boss few years ago (not my previous n current boss of course), just “licik” n licin kaya uler (what it said in English? Dunno :P ). She always use a mask, alias muka dua  . Beugh.. cape dech *bisik bisik* ngomong-ngomong ya, sejak balik jkt lagi bbrp bulan terakhir ini, gue terpaksa harus ketemu lagi dengan this “An angel in front, but a demon inside boss” *gossipers mode on*. Tapi kalo boss model my ex boss ini ga ada lucu-lucunya. Ga ada seru-serunya. Yang ada juga bikin gue keki setengah mati dan setengah berharap supaya dia cepet m*** ups…

Anyway, seperti apapun bossmu, minumnya tetep the botol sosro. Loch kok? Intinya merasa beruntunglah, siapapun dan bagaimanapun bossmu yang sekarang. Loe bukan orang paling sengsara di dunia. Wuakkk :D So enjoy it dear. Love your job, but not your boss. Daripada makan ati. Heuh 3x :D

Pontianak, 13 Agustus 2010

Kamis, 05 Agustus 2010

One Episode was Closed. Finished



Terkadang, masa lalu itu masih datang menggentayang. Seperti hantu yang menghantui. Dan kini, saat kuterpaksa harus kembali bertemu dengan masa laluku yang sebenarnya masih terhitung baru. Hantu itu mewujud lagi dalam diriku. Aku takut luka itu kembali terbuka dan menganga. Tetapi yang lebih kutakuti aku takut terjebak “cinta lama” dan membuatku tak setia. Aku tak mau menyakiti siapapun, sama besar seperti aku tak mau disakiti siapapun. Aku tak mau khianat dari janji, sama besar dengan rasa benciku pada pengkhianat, playboy Casanova dan tukang tebar pesona. Aku tak mau mendua hati, sama seperti ku tak mau dimadu dan diduakan hati.

Tetapi walau hantu itu terus datang menggentayang, Ku tak boleh jadi pengecut lantas lari. Semuanya harus ku hadapi. Aku bisa peroleh jawaban atas banyak tanya. Apakah masa lalu masih mampu membuatku luluh dan sakit hati? Apakah aku bisa benar-benar bebas dari penjara dan trauma itu? Dan di saat yang sama, aku juga bisa tahu apakah sebenarnya yang kurasakan pada dia yang telah kuberikan komitmen dan janji pada saat ini? Kukumpulkan semua energy, kusiapkan hati. Aku harus siap dengan apapun yang terjadi nanti.

Saat pertama kulihat dia – masa laluku-, sesaat ragu kembali mencuat. Tetapi entah kenapa tak lagi kurasakan debaran itu. Tak lagi kurasakan kecanggungan dan gejolak di hatiku. Begitu pula dengan sakit hati dan rasa benci. Semua hilang lenyap, menguap entah ke mana. Buatku sekarang, yang ada di depanku kini adalah seorang sahabat lama. Seorang teman yang kuanggap sebagai seorang kakak. Aku bisa tersenyum tulus. Mampu tertawa lepas di depannya. Ternyata memang benar, memaafkan orang lain berarti menyembuhkan diri sendiri. Beban itu hilang sudah. Ragu itu musnah pula. I’m so free now. Di saat yang sama, aku seperti disodori kaleidoskop yang dimulai dari sekitar setahun lalu. Kaleidoskop yang kini bisa membuatku tertawa akan kebodohan dan kenaifan diri sendiri. Akan kesalahpahaman dan kehebohan diri sendiri. Aku tertawa bahak ketika ingat hiperbola dan “kelebay”an diri sendiri saat itu. Yang hampir membuat banyak sahabatku muak dan “muntah- muntah” melihat keanehan sikapku. Dan bahkan membuatku hampir menjadi “korban kekerasan” mereka setiap aku mulai bercerita dan curhat pada mereka. Kuputar kembali kaleidoskop itu diselingi cengiran dan tawa sendiri yang mungkin membuat orang yg melihatnya berpikir aku gila :P

Kaleidoskop yang sudah berubah warna dari merah muda, merah tua, menghitam dan kini kembali tanpa warna. Sebuah catatan harian yang sudah tutup buku. Hanya menjadi sebuah pengalaman dan masa lalu. Tetapi walaupun begitu, “I still must say thanks. For my past, thanks for everything. From you, I learn a lot of thing. Sayonara my brother”.
Lega rasanya. Kan kulanjutkan hidupku lagi, seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi. Walau ku tak pernah bisa tahu apa yang terjadi di esok hari. Walau aku juga masih tak pasti akan berakhir seperti apa dengan cintaku saat ini. Tetapi satu hal yang pasti, aku bahagia karena aku tahu kini, bahwa aku bukanlah seorang pengkhianat dan mendua hati. Dan kalau rasaku pada cintaku di masa kini bukan karena lariku dari sakit hati dan masa lalu. Tetapi karena dia adalah dia, bukan yang lain. Dan karena aku cinta. Itu saja.

Pontianak, 5 Agustus 2010