Pages

Minggu, 31 Oktober 2010

November Rain


The rain fall at the midnight, start this november. I wake up from my sleep again tonight. i can't count how many nights i can't sleep or wake up at the midnight. Do insomnia try to haunt me?

November rain. Rain..rain.. rain. Rain is a blessed to nature & human life. but it could be a disaster at a same time.

Rain reminds me about life. Come pass and by. Start and over. Sometimes we could predict it. We just need to follow the rule of the nature. But at the others time, we couldn't.

Rain reminds me about love. flow and can't be stopped. Could be blessed. But if it's over done it could change to be disaster.  You need love for life. Because it'll makes our life beautifull and colourfull. But too much love, will kill you. A blind and& ilogical love could drive you to disaster.

Rain reminds me about you. Loving and losing you, i feel like my heart is raining. At a same time, that rain could cure my hurt, soak my dry, get out my burden. After that, i could be fine. Love could cure everything.

November rain has come. When will the rainbow and the sun came?

Jakarta, 31 October 2010 (confused to be November 1st  )

NOVEMBER RAIN – By Guns n Roses

When I look into your eyes
I can see a love restrained
But darlin' when I hold you
Don't you know I feel the same

'Cause nothin' lasts forever
And we both know hearts can change
And it's hard to hold a candle
In the cold November rain

We've been through this auch a long long time
Just tryin' to kill the pain

But lovers always come and lovers always go
An no one's really sure who's lettin' go today
Walking away

If we could take the time to lay it on the line
I could rest my head. Just knowin' that you were mine
All mine

So if you want to love me
then darlin' don't refrain
Or I'll just end up walkin'
In the cold November rain

Do you need some time...on your own
Do you need some time...all alone
Everybody needs some time...on their own
Don't you know you need some time...all alone

I know it's hard to keep an open heart
When even friends seem out to harm you
But if you could heal a broken heart
Wouldn't time be out to charm you

Sometimes I need some time...on my own
Sometimes I need some time...all alone
Everybody needs some time...on their own
Don't you know you need some time...all alone

And when your fears subside
And shadows still remain
I know that you can love me
When there's no one left to blame

So never mind the darkness
We still can find a way
'Cause nothin' lasts forever
Even cold November rain

Don't ya think that you need somebody
Don't ya think that you need someone
Everybody needs somebody
You're not the only one
You're not the only one

When November Come


November has come. My birthday. But at a same time, my mom's passed away at this month, 23 years ago. When i was 6 years 6 days old. So, i can't celebrate my birthday with over happiness. Because it'll remind me about my loss.

This year i'll be 29 years old. What i already done in this age? What i already reached in this life? What happened in this 29 years? Do i already use the time in a right way? Or i'll regreted everything i've done? Do the life really gave me lessons? Do the lessons already makes me better & stronger? 

What's my dream? What's my goal? What, who & where i really want? How many effort i've done to reached it?
So many question in my mind. My brain can't stop working. My memories can't stop dancing. My heart can't stop beating. But still, i can't found the answer.

Do the time will give me the answer? Or the question will be vanished over the time? We can't stop the time. All we can do is wait and enjoy life with all of it's colours. Because life is beautifull. Just if you want to make it beautifull. Nothing is impossible, Just if you want to make it possible

Jakarta, 31 October 2010 (confused to be November 1st  )

The Lessons


Life is a never ending learning. Learn until our time will come.
Life is a all time struggle. Need much effort, decision and do it with all of your heart.

Life had told me so many things. Sometimes, life isn't easy at all. It give me laugh, tears, smile, hurt, happiness, loneliness, raise up, fall down, love, hate, friends, lover, enemy, etc.

Do just like you want others done to you

If you want to be loved. Loving others with all of your heart.
If you want to be respected. You must respect others with full of kindness.
If you want to be success. You need much effort to fight. Make sure it worthed enough.
If you want to be happy. Just feel happiness from your ownself. Because happiness not come from the outside, but heart.
If you want to be rich. Just enjoy and thx to the GOD for everything you get.

But never over done about everything. Because once you failed. Yo u wouldn't get down too much. There's an invisible hand called GOD and the destiny.

"There's no mistakes in life, just lessons"

A note for my self. An introspection.

Jakarta, 31 Oktober 2010

Jumat, 29 Oktober 2010

Pintu Ke Mana Saja


Kalau aku bertemu dengan doraemon dan ia meminjamiku sebuah pintu ke mana saja. Pasti aku akan pergi ke sana, ke tempatmu sekarang berada di seberang samudra sana.

Tapi tiba-tiba aku teringat akan mimpiku. Aku akan mengajak ayah dan keluargaku ke Baitullah agar kami bisa menunaikan ibadah haji bersama.

Aku tergelitik untuk mengunjungi negeri-negeri dingin di Eropa dengan bangunan-bangunan tuanya. Atau pergi ke Afrika untuk melarikan diri dan memulai petualangan baru di sana?  Atau bahkan ke Amerika saja untuk menjajali kemajuan sekaligus kekerasan hidup di sana serta menyusuri Amazon dengan hutan rimbanya.

Atau tak usah jauh-jauh. Cukuplah keliling Indonesia. zamrud khatulistiwa dengan berjuta seni budaya.
Aahh.. aku bimbang, tak tahu harus memilih ke mana.

Tapi..sebenarnya tak perlu aku bingung juga. Karena semua hanyalah mimpi saja  :p

*efek bengong d bandara part2*
Jakarta,  29 Oktober 2010

Karma


Akhirnya, aku bisa mendapatkannya. Wanita cantik yang membuatku jatuh hati sejak pandangan pertama. Gea Amalia namanya. Aku berkenalan dengannya baru beberapa hari yang lalu. Dan sejak itu, kami selalu membuat janji. Di malam hari, sepulangku dari kantor kami rutin bertemu di rumahmu.

Jutaan kata-kata gombal dan jurus rayu. Akhirnya mampu membawamu ke pelukanku, ke atas ranjangku. Malam yang luar biasa. Mistis sekaligus romantis dan erotis. 

Aku tersenyum durjana. Dalam hati aku berkata "wanita bodoh ini telah mampu kuperdaya. Dia tidak tahu kalau setelah ini aku akan meninggalkannya seperti sampah. Seperti yang telah kulakukan pada puluhan atau entah ratusan wanita lainnya".
Aahh.. hasratku terpuaskan sudah. Sekarang aku ingin tidur lelap untuk mnyiapkan strategi pengelakkanku selanjutnya. Sama seperti biasanya. 

Pagi harinya ku buka mata. Samar, bisa kucium aroma embun dan bau tanah merah. Tiba-tiba badanku menggigil. Perlahan ku buka mata. Di atasku terlihat dahan dan ranting pohon kamboja. Ku edarkan pandangan ke skeliling. Nampak di depanku sebuah batu nisan. Satu nama tertulis di sana

GEA AMALIA
2 Feb 1970 - 13 Juli 1990

RINDU


Tuhan, aku rindu dia. Walau ku tak tahu apa dia merasakan hal yang sama. Dan kutak peduli apakah dia bahkan pernah memikirkanku juga.

Tuhan, salahkah aku? Saat aku juga merindukan yang lain selain diri-MU? Saat di benakku selalu muncul satu nama selain nama-MU?

Tuhan, dosakah aku?  Kalau aku menitikkan air mata tertahan di malam-malam dalam sujudku. Bukan hanya karena aku ingat akan dosa & salahku? Tetapi karena aku rindu.

Tuhan, kalau semua rasa dan rindu ini adalah anugrah dari-MU. Bantu dan bimbinglah aku agar bisa tetap berada di jalan-MU. Agar ku tak lalai untuk hidup dan matiku.

Tuhan, aku mohon tunjukkan jalan yang lurus kepadaku. Agar aku bisa menjaga hati dan diriku.
Kalau ia memang jodohku dan baik untukku. Maka satukanlah. Maka dekatkanlah. Maka lancarkanlah. Dan kalau memang waktunya telah baik buat kami. Maka segerakanlah.
Tetapi, jika ia bukan jodohku. Jika ia tidak baik buatku. Maka jauhkanlah. Maka bantu aku menata hatiku. Tunjukkan dan pertemukanlah aku dengan hamba-MU yang memang kau ciptakan untukku.

Tuhan, aku rindu…

Pontianak, 29 Oktober 2010

Selasa, 26 Oktober 2010

Suatu Hari di Bandara Soeta


Bengong, duduk sendirian di starbucks coffe terminal 2 Bandara Soeta. Aku sedang menunggu penerbangan lanjutan menuju Pontianak, Dua jam yang rasanya lama sekali.

Aku sudah berada di Jakarta, kotaku tercinta. Walaupun sering, macet, banjir, berantakan dan terancam tenggelam L Tetapi, walaubagaimanapun inilah kota tempat aku lahir dan dibesarkan. Kota tempat orang tua, keluarga dan sebagian besar teman-temanku berada. Kota yang selalu aku rindukan kalau jauh di mata. Yang walaupun kalau aku sedang di sana tak bisa lepas dari mengeluh saja.

Jakarta.. aku datang, walaupun hanya transit doang.

Aarrgghh.. ternyata menunggu adalah hal yang sangat menyebalkan. Apalagi kalau sendirian dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Krucuk.. tiba-tiba perutku berteriak kesakita. Maagku melilit karena dihajar kopi di pagi hari. Secangkir kopi hitam yang bisa membantuku mengumpulkan nyawa yang sedari tadi masih melayang entah ke mana. 

Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Niatnya cuci mata. :P Tapi yang ada aku malah jadi pusing kepala. Banyak orang bersliweran. Aku jadi merasa sepi, terasing dalam keramaian.

Bandara, tempat orang-orang datang dan pergi ke banyak tempat di seluruh dunia. Tanpa sadar pikiranku melayang kepada seseorang yang sedang menuntut ilmu jauh di sebrang benua sana. Rindu itu muncul tiba-tiba. Apa kabarnya? Lama tak bersua. Lama tak mendengar suaranya. Lama tak berbincang dan bercerita walaupun hanya di dunia maya. I miss  you, and I wonder do you ever miss me? You’ve be a part of my heart. Do you feel the same?

Aarrggh.. sudahlah, jangan suka berpikir yang tidak-tidak. Lanjutkan dan nikmati saja hidupmu. Nikmati saja apa yang ada, karena dunia itu indah.

Jakarta, 25 Oktober 2010

*efek kurang kerjaan karena kebanyakan bengong di bandara*

Minggu, 24 Oktober 2010

Tanda Baca


Suatu ketika, himpunan tanda baca sedang bermusyawarah. mereka ingin menentukkan siapa yang akan jadi ketua di antara semua jenis huruf dan tanda baca.

Si titik yakin kalau drinya akan menang. Karena ialah penutup segala jenis kalimat pernyataan ataupun berita. Tapi  hal ini dibantah oleh tanda seru dan tanya. Mereka juga merasa menjadi penutup rangkaian kata. Malahan dengan penekanan yang lebih besar . Si kembar tanda kurung satu dan dua berwacana kalau fungsi mereka juga tak klaah penting, untuk membedakan mana kalimat lansung dan istilah dalam cerita.

Huruf miring dan huruf tebal juga menyanggah. Mereka merasa jadi centre of interest dari suatu rangkaian kata. Titik koma memilih untuk diam saja. Sedangkan tanda koma mencoba menjadi penengah di antara mereka.
Perseteruan seru. Diskusi dan debat adu wacana yang cukup sengit. Hingga batas waktu berakhir tetap tak memutuskan apa-apa. Yang ada, tugas-tugas terlantar,  kreatifitas dan tulisan tak ada yang tercipta. Imaginasi tak bisa tergambarkan sempurna.

Mereka baru menyadari kalau hanya denagn kebersamaan dan kerjaslah mereka basa sempurna. Tak ada yang lebih daripada yang lainnya. Mereka tak bisa berdiri sendiri karena akan tanpa arti.

Begitupun dengan manusia.

Balikpapan, 241010

Sabtu, 23 Oktober 2010

JANJI


Sayang, ingatkah kau dulu ketika kita pertama kali jadian? kita berjanji akan bersama selamanya. Dalam suka maupun duka. 

Honey, ingatkah dulu ketika aku bertanya bagaimana kalau aku meninggalkanmu. Kau bilang kalau kau tak akan bisa hidap tanpa aku. Katamu, hidup tanpa aku di sisimu bukanlah hidup bagimu.

Cinta, ingatkah dulu kau pernah berkata akan mencintaiku selamanya. Dan aku akan selalu jadi satu-satunya.

Kekasihku, kini aku menagih janjimu ‘tuk setia dan selalu bersama. Karena aku sepi tanpamu di sini. Mari ikutlah aku, sayang. Ikut aku tinggalkan dunia fana menuju barzah keabadian.

Jum'at, 13 januari xxxx. Rangga aditya-pria berusia 28 thn dtemukan tewas di kamarnya. Tim otopsi kepolisian melaporkan bahwa di leher pria yang akan menikah lusa ini ditemukan bekas cekikan. Saat ini polisi masih menyelidiki sebab-sebab kematian pria tersebut.

Balikpapan, 231010

KIRANA


Untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun terakhir ini, aku menjejakkan kaki lagi di kota ini. Sebuah kota kecil tempat aku lahir dan dibesarkan. Dalam memoriku, kota ini tak bisa dilepaskan dari satu nama “Kirana”. Kirana adalah sahabatku sejak kecil. Sosok seorang gadis manis dan periang yang senantiasa mengisi hari-hariku dari kecil hingga menjelang dewasa.

Rasanya baru kemarin, ketika aku memutuskan untuk pergi demi meraih cita-cita. Rasanya baru kemarin, ketika Kirana mengungkapkan semua perasaan dan cintanya. Rasanya baru kemarin, ketika dengan dingin kutepis tangan mungilnya yang kala itu ingin memelukku. Menahanku agar mengurungkan niat dan kepergianku. Rasanya baru kemarin ketika tanpa perasaan aku pergi begitu saja meninggalkannya dalam hancur dan sepi juga tanpa kabar maupun berita.

Tahukah kau Kirana, kala itu aku tak mengijinkanmu memelukku. Karena aku tahu, kalau itu terjadi, aku tak’kan sanggup pergi. Tahukah kau, kalau aku tak pernah menoleh ke belakang ataupun mengabarimu lagi Karena itu akan membuatku goyah tuk meraih cita-cita. Karena itu akan membuatku teringat lagi padamu yang akhirnya membuatku tak bisa focus dalam meraih mimpi dan cita-cita? Tahukah kau Kirana? Kalau aku pergi demi masa depan kita? Aku pergi agar mampu membuatku bangga dan bahagia? Aku pergi agar aku bisa menjadi penjagamu selamanya?

Dan kini, setelah beberapa tahun berlalu aku kembali untuk menjemputmu. Aku kembali demi menjemput impianku ‘tuk hidup bersama denganmu. Aku datang ‘tuk memintamu untuk menjadi pengantinku, pendamping hidupku hingga ajal menjemput salah satu dari kita.

Bergegas kulangkahkan kaki menuju kediamanmu. Sesampainya di sana kulihat ramai oleh warga dan tetangga. Terlihat janur kuning terhias di sana. Jantungku berdentam, hatiku bertanya “ada apa?” Langsung saja kumasuk ke dalam rumah. Kulihat di sana Kirana tampak cantik dan bahagia dalam kebaya dan kerudung putihnya. Disampingnya terlihat duduk seorang pria dalam pakaian pengantin pria. Mereka baru saja melangsungkan akad nikah.

Duniaku serasa berhenti berputar saat itu juga

Balikpapan, 231010

Inspired By: 25 Minutes – Michael Learn To Rock (MLTR)

After some time I've finally made up my mind
she is the girl and I really want to make her mine
I'm searching everywhere to find her again
to tell her I love her
and I'm sorry 'bout the things I've done

I find her standing in front of the church
the only place in town where I didn't search
She looks so happy in her weddingdress
but she's crying while she's saying this

Chorus:
Boy I've missed your kisses all the time but this is
twentyfive minutes too late
Though you travelled so far boy I'm sorry your are
twentyfive minutes too late

Against the wind I'm going home again
wishing me back to the time when we were more than friends


But still I see her in front of the church
the only place in town where I didn't search
She looked so happy in her weddingdress
but she cryed while she was saying this

Chorus: Boy I've missed your kisses all the time but this is
twentyfive minutes too late
Though you travelled so far boy I'm sorry your are
twentyfive minutes too late

Out in the streets
places where hungry hearts have nothing to eat
inside my head
still I can hear the words she said

Chorus:
I can still hear her say.......

KELUARGA SEMPURNA


Sore yang indah. Anak-anak bermain riang di beranda samping rumah. Dan aku sedang menyibukkan diri memasak di dapur. Kali ini dengan menu istimewa. Karena hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanku dan suami yang kesepuluh.

Masih teringat dengan jelas di kepalaku masa-masa sebelum kami berkenalan. Aku sering mlihatnya lewat di depan tempat tinggalku. Aku jatuh cinta pada sosoknya sejak saat pandangan pertama. Selanjutnya aku berusaha untuk bisa lebih dekat mengenalnya. Hingga akhirnya kami pun menikah.

Sebuah pernikahan dan keluarga yang sempurna. Suami baik hati dan penyayang, anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Aku sangat bahagia dengan hidup dan kehidupanku sekarang.

Tanpa sadar, kuraba rambut dan kepalaku. tepat di atas ubun-ubunnya. Terasa ada sebuah paku besar tertanam di  sana. Sebuah paku yang belum juga disadari suamiku keberadaannya. Aku menarik nafas panjang dan berdoa. Semoga suamiku tak pernah menyadarinya. Karena jika paku itu tercabut, aku akan kembali ke wujudku semula. Kembali ke duniaku sebelumnya. Saat aku masih suka duduk di ranting pohon mangga di dekat rumahnya.

Balikpapan, 231010

PENGLARIS

Warung baksoku hari ini sangat ramai. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Aku membuka warung ini  beberapa tahun lalu bersama suamiku. Awalnya memang kurang ramai, tetapi  setelah mendapat masukan dari beberapa teman aku tahu kekurangan warung kami: "penglaris".

Awalnya suamiku tidak setuju. Haram katanya. Tetapi aku  tetap pada keputusanku. Warungku butuh penglaris. Dan ternyata memang benar, sejak menggunakannya warung baksoku menjadi  laris manis.

Pada awalnya beberapa orang pelanggan mempertanyakan ketidakhadiran suamiku. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, mereka sudah mulai lupa. Tak peduli lebih tepatnya.

Hari ini kututup warungku sore hari. Karena  dagangan sudah habis terjual sedari tadi. Sekarang  waktunya menyiapkan adonan dan bahan untuk esok hari. Kuambil bahan-bahan di lemari dan ruang pendingin. Dengan hati-hati kukeluarkan sebungkus plastik hitam yangg kusimpan di pojokan. Kupandangi isi di dalamnya. Sebuah jari lengkap dengan cincin kawin menghiasinya. Kutarik nafas panjang.  "Bahan penglarisku sudah akan habis, sepertinya aku sudah harus mencari pengganti untuk penglaris yang sedikit demi sedikit kucampurkan ke dalam adonan bakso maupun kuahnya."

Balikpapan, 231010

Pernikahan



Pesta pernikahanku hari ini berlangsung cukup lancar. Walaupun ada satu-dua halangan, akhirnya bisa diselesaikan. Dan kini, kutatapi wajah tampan suami yang sedang terlelap tidur setelah malam pertama kami. Sosok pria sempurna dan ideal d mataku. Tampan, cerdas, mapan dan bermasa depan. Tak ada orang yang menyangka kalau kami akan menjadi suami istri. Aku sendiripun tidak.

Aku bahagia bisa menjadi istrinya. Kupandangi cincin di jari tengah -tepat di samping cincin nikah-. Iitu adalah cincin milik sahabatku Astri yang meninggal dunia karena kecelakaan yang dialaminya.

Aku tersenyum puas. Terbayar  sudah semua hinaan dan penindasan yang ia lakukan selama ini. Tak salah ketika aku memutuskan untuk memotong kabel di  rem mobilnya. Karena sekarang aku bisa menikah dengan pria impianku- Irwan.  Yang belum sampai sebulan yang lalu masih berstatus tunangannya.

Balikpapan, 23102010

Kamis, 21 Oktober 2010

Demi Nayla


Malam ini aku menonton berita malam di televisi. Masyarakat kota Jakarta kembali digegerkan oleh penemuan mayat di sebuah motel murah di kawasan mangga dua. Diduga, ini juga adalah korban pembunuhan berantai yang dalam beberapa bulan terakhir ini menghantui warga Jakarta. Semua korbannya adalah pria, dan hampir semuanya ditemukan dalam keadaan tanpa busana di hotel, motel ataupun penginapan serta  –maaf- dengan kondisi tanpa alat kelamin laki-lakinya.

Pembunuhan. Lagi-lagi pembunuhan. Kenapa belakangan ini nyawa manusia jadi terasa begitu murah? Aku diam seribu bahasa. Kenangan masa lalu itu muncul kembali. Lima tahun yang lalu, kakak perempuanku ditemukan tewas di sebuah kebun di pinggiran kota Jakarta. Menurut investigasi polisi, Nayla tewas dibunuh teman kencan prianya setelah melakukan persetubuhan. Dan menurut informasi yang kudapat, ternyata selama ini Nayla bekerja sebagai pekerja seks komersial. Perlahan air mata itu jatuh lagi. aku masih ingat bagaimana Nayla bekerja keras untuk membiayai keluarga kami dan juga sekolahku. Ia sering pulang larut malam, bahkan hampir pagi. Saat itu, kami tak tahu apa yang ia lakukan sebenarnya juga tak pernah mempertanyakannya. Yang kami tahu hanya bahwa Nayla bekerja keras demi kami sekeluarga.

Tak mampu lagi kutonton tayangan berita, aku matikan televisi dan beranjak menuju kamarku. Berita-berita itu berkelebat lagi. Sakit dan perih itu datang lagi. Kupandangi potongan artikel-artikel koran di balik pintu lemari. Potongan-potongan gambar yang tumpang tindih, serta foto wajah Nayla.

Kubuka laci dan dari dalamnya kuambil sebilah belati. Belati tajam yang telah banyak membantuku selama ini. untuk memuaskan keinginanku membalas kebencian pada semua lelaki hidung belang. Demi Nayla.

Wajah di Cermin

Suasana di rumahku sore itu hiruk pikuk oleh para wartawan, keluarga, tetangga, dan para petugas kepolisian yang lalu lalang. Sesekali mereka mengajukan beberapa pertanyaan padaku yang hanya bisa kujawab dengan ratapan dan tangis kesedihan. Pagi ini, suamiku tercinta ditemukan tewas mengenaskan di sebuah hotel mewah. Menurut info kepolisian, semalam ia check-in di hotel tersebut bersama seorang wanita cantik berambut merah yang hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.

Sesekali beberapa orang kerabat mencoba menghiburku, menabahkan hatiku. Aku harus menerima kenyataan pahit kalau suamiku tersayang Andhika Soetedja telah tiada lagi di dunia ini. Dan aku – Ayudhya Soetedja haruslah menjadi janda.

Setelah kerumunan dan keramaian mereda. Tinggalah aku sendiri di rumah ini. Rumah yang telah bersama kami huni selama hampir sepuluh tahun ini. Dan kini setelah suamiku tiada, hanya tinggal aku seorang diri di sini. Kukunci pintu kamar kami. Aku ingin menyendiri. 

Kilatan memori itu datang lagi. Seperti tumpukan foto dan film yang tumpang tindih. Dimulai dari belasan tahun silam ketika kami pertama kali bertemu hingga peristiwa semalam. Perlahan, kukeluarkan sebuah kantong plastik hitam yang sedari tadi kukubur di halaman. Dari dalamnya, kukeluarkan sebuah wig rambut merah menyala dan sebilah pisau tajam yang masih berlumuran darah.

Kutatap bayanganku di cermin. Nampak sesosok perempuan cantik berambut merah dengan senyum dingin menghiasi wajahnya.

"Kalau si naif Ayudhya tidak bisa melakukannya, aku bisa!"

Senin, 18 Oktober 2010

Apakah?


Terkadang aku bertanya-tanya. Apakah memang jarak dan waktu yang telah memisahkan kita? Apakah samudra luas dan antar benua yang telah menjadi penghalang kita? Apakah kesibukan dan rutinitas yang telah membuat kita lupa pada komitmen semula?

Aku juga masih bertanya. Ada apa sebenarnya? Apa sebenarnya arti kita bagi satu sama lain? Ketika batasan antara cinta, persahabatan dan kekaguman menjadi sedemikian tipis. Ketika waktu dan komunikasi menjadi sedemikian sempit. Semuanya menjadi samar, absurd dan tak jelas.

Apakah ini yang namanya takdir? Ataukah kita yang kurang berusaha? Karena kesempatan tidak untuk ditunggu dalam diam. Tetapi harus diciptakan. Dengan niat dan kemauan. Pertanyaannya, maukah kita? Apa yang menjadi dasar dan niatnya? Seberapa besar keinginan dan berartinya? Sudahkah kita luruskan niat kita? Sudahkah kita cukup berusaha?
Pertanyaan-pertanyaan yang  yang tak bisa dijawab sekarang. Karena mungkin masih tak jua temukan jawabnya. 
Mengawang di antara putaran waktu dan permainan takdir. 

Yang bisa ku lakukan sekarang hanyalah diam. Menanti tanpa mengharap lebih. Menunggu tapi tak menutup kesempatan-kesempatan baru. Aku memilih untuk menikmati saja anugrah rasa yang telah diberi-NYA. Berdoa semoga Tuhan memberi dan menunjukkan jalan terbaik bagi kita. Dan berserah karena aku percaya DIA pasti punya rencana indah. Semua pada waktunya.

Balikpapan, 18 Oktober 2010

Ternyata…


Ternyata…
Semua tak seperti yang kukira
Tak seberat yang kusangka
Tak serumit yng kukira.

Ternyata…
Orang-orang tak sejahat yang kuduga
Aku tak selemah yang kupikir semula
Dan aku bsa melewatinya dengan ceria

Ternyata…
Aku juga naif.
Polos dan memandang dunia hanya hitam dan putih saja
Berdasarkan ego dan ide pribadi

Ternyata…
Prasangka dan pikiran negatif itu muncul dari ketakutan-ketakutan diri sendiri
Yang mampu meracuni akal dan hati
Mempengaruhi sikap dan emosi.
Merugikan diri sendiri

Aahh..ternyata aku telah rugi
Terlalu banyak berfikir dan menduga sendiri
Dipermainkan ego, ide negatif dan penyakit hati.

Aarrgghh.. aku tak sudi lagi menyakiti dan merugikan diri sndiri
Tak mau lagi banyak berpikir dan main sensi
Melemahkan dan merugikan diri sendiri

Ternyata…
Dunia itu masih indah
Masih banyak orang yang baik hati
Tak semuanya busuk, iri dan dengki

Dan karena tnyata..
Aku tak sendiri
Ku masih punya orang-orang yang perduli
Tulus dan tanpa pamrih
Membuat hidupku berwarna dan berarti

Ternyata..
Dunia ini indah.
Begitupun dengan hidup dan kehidupan
Kan kucoba jalani dengan lebih baik lagi.
Selalu memperbaiki diri

Tuhan, terimakasih atas semua yang telah Kau beri hingga detik ini


Jakarta, 18 Oktober 2010

Jumat, 15 Oktober 2010

Kata


Kata. Lisan. Lidah lebih tajam daripada pisau. Kalau sekarang, pena dan tulisan yang lebih tajam daripada pedang. Satu kata, bisa memiliki banyak arti. Satu kata, juga bisa disalah fahami. Apalagi kumpulan kata yang hanya tertulis. Bisa bermakna ganda. Karena kita tak bisa bertatap muka, menatap mata. Adakah kejujuran dan ketulusan di sana?
Ambiguitas. Salah paham. Salah sangka. Salah kira. Terrsedak. Tertawa terbahak. Terus miris hingga teriris. 

Ternyata, tak selamanya kejujuran itu mendatangkan kbaikan. Tak selamanya keterbukaan berbuah manis.
Beberapa pelajaran berharga yang kudapat hari ini. "Think before you speak. Think before you wrote n sent them to the others"

Dan kudapati, kalau aku memang salah. Dan aku mengakuinya dengan lapang dada. Baru tersadar, kalau bisa jadi ini yang kesekian kalinya terjadi tanpa pernah kusadari. Tertutupi ego dan penilaian sendiri.

Hanya kata maaf yang bisa terucap. Ketika yang lain jadi tak bernilai. Hanya satu kata "maaf"di dalam hati. Aku bertekad tuk tdk mengulang hal yang sama lagi.

Balikpapan, 15 Oktober 2010

Kamis, 14 Oktober 2010

CINTA?


Orang-orang mempertanyakan cinta
Apakah ia benar-benar ada?
Orang-orang mendebatkan cinta
Apakah ia rasional atau tidak

Orang-orang mencari cinta
Apakah maknanya
Dan orang-orang menanti saja
Berharap cinta kan menemukannya

Kata cinta "percuma saja".
Karena cinta tak ada di mana-mana
Ia ada di dalam diri setiap manusia
Karena Tuhan menitipkan sebagian dirinya dalam hati manusia

Balikpapan, 14 Oktober 2010

Minggu, 10 Oktober 2010

Tak Sempurna. I’m Not a Wonder Woman


Aku tak tahu, entah kenapa banyak orang yang mengira aku adalah seorang ‘wonder woman”. Seorang perempuan tegar, mandiri dan “super”. Tanpa bermaksud menyombong, hanya bermaksud sedikit narsis (sama aja ya :P ), entah sudah berapa kali aku mendengar pernyataan itu dari orang-orang di sekitarku. Aku hanya tertawa sendiri mendengarnya. Sangat lucu terdengarnya. Haloo.. I’m not wonder woman, but supergirl  hagh hagh hagh :D

Salut, kagum dan sejenisnya. Memang itu adalah hal yang baik ketika kita dikagumi orang. Itu berarti kita punya sesuatu hal yang baik. Dan berarti kita punya setidaknya satu kelebihan. Tetapi apa yang terjadi ketika kelebihan itu menjadi terlalu berlebihan atau malah dimanfaatkan pihak lain? Akan menjadi tidak baik.

Satu-satunya hal yang aku miliki dan aku banggakan saat duduk di bangku sekilah dari SD hingga SMA adalah otak dan prestasi. Bukan bermaksud sombong lagi, tetapi karena aku tidak punya apa-apa selain itu. Aku tidak punya kelebihan lain apapun saat itu. Selain barisan angka sembilan di raport dan juara kelas di sekolahku, aku tak punya apa-apa. 

Aku tidak cantik, tidak supel, tidak punya keahlian seni ataupun olahraga. Aku juga tidak terlahir dari keluarga kaya raya. Hanya otak dan prestasi yang membuat aku tetap “ada”. Walaupun karena itu aku harus berkali mendapati kalau diriku hanya dimanfaatkan oleh beberapa orang dan pihak. Mereka hanya ingin mengagumiku, dan bahkan ada yang memanfaatkanku. Mereka mendekati aku hanya karena ingin mencontek dariku. Mereka menjadi temanku hanya karena agar aku mau mengajari mereka sesuatu. Dan bahkan, ada anak lelaki teman sekelas yang melakukan PDKT padaku hanya karena agar aku mau memberikan contekan tanpa batas, mengerjakan PRnya ataupun mengajarinya beberapa materi pelajaran sekolah. Dan itu semua cukup membuatku sakit. Memang, tidak semua orang bersikap seperti itu padaku. Masa-masa sekolahku memang tidak sampai sedramatis kisah-kisah sinetron yang penuh dengan “bullying” yang dibuat-buat. Aku masih punya beberapa orang teman yang menerima aku sebagai aku, bukan karena hal lain. Tetapi, tetap saja hal itu cukup memberikan “bekas” pada diriku Belum lagi ketika aku pernah menjadi bahan taruhan rekan-rekan sekerjaku hanya karena hal yang sama dan itu menarik rasa penasaran mereka. Aku jadi  bersikap skeptis dan tak mudah percaya. Dan aku jadi tak suka mendengar kata “kagum”.

Ketika seseorang mengatakan kalau ia mengagumiku. Aku hanya akan tertawa, menertawakan diriku sendiri dan juga dia. Mau tau kenapa? Karena aku cukup pandai menutupi kekuranganku atau ia yang tidak bisa melihatnya? Ha3x..entahlah. Jadi, ketika seorang “teman dekat” mengatakan kalau ia lebih kepada mengagumiku, aku merasa seperti disodori petasan di tengah hari.

Dia berkata “ Aku menyukaimu karena sifatmu yang ceria. Menjadi semangat yang menyala di dalam hati ini”

Tapi kemudian aku bertanya. "Bila keceriaan itu kelam dirundung duka. Seberapa muram dirimu kan ada?"

Dia berkata” Aku menyukaimu karena ramah hatimu. Memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu. “

Tapi kemudian aku bertanya. "Kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka. Seberapa mampu dirimu memendam praduga?"

Dia berkata “Aku menyukaimu karena cerdasnya dirimu. “

Tapi kemudian aku bertanya. "Ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua. Seberapa bijak dirimu 'tuk tetap mengharapkanku?"

Dia berkata “Aku menyukaimu karena kemandirian yang kau miliki.”

Tapi kemudian aku bertanya. "Jika di tengah itu tiba-tiba aku menjadi manja. Seberapa keinginanmu 'tuk tetap bersamaku?"

Dia berkata  “Aku menyukaimu karena tegarnya sikapmu. Menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu. “

Tapi kemudian aku bertanya. "Andai ketegaran itu rapuh diterpa badai. Seberapa kuat dirimu akan bertahan?"

Dia berkata  “Aku menyukaimu karena pengertian yang kau berikan. Menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang kau tanam.”

Tetapi kemudian aku bertanya. "Kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat. Sampai seberapa kau akan mampu mengerti aku dan cintaku ini?"

Aku tidak butuh dicintai hanya karena kemandirian, pengertian, ketegaran dan kecerdasanku. Karena itu bukan cinta, tetapi hanyalah kekaguman belaka. Dan aku tidak butuh dikagumi! Aku sadar, aku bukan manusia sempurna. masih banyak hal kekurangan yang aku punya. Aku ceroboh, childish, pelupa, gak teratur, dan entah berapa banyak lagi “cacat” yang aku punya. Dalam pandanganku, kekaguman hanya berarti menerima kelebihan. Lantas bagaimana dengan kekuranganku yang sangat banyak jumlahnya itu? Kalau semua hal yang dikagumi itu sirna, apa lagi yang tersisa?

Aku tidak butuh dikagumi atau bahkan dikasihani. Aku tidak butuh penambah jumlah pengagum karena aku sudah punya cukup banyak pengagum hingga detik ini (narsis mode on :P). Aku hanya ingin dicintai, dengan diriku apa adanya. Dengan semua kelebihan dan kurangan yang aku punya. Bukan kagum, hanya cinta. Itu saja.

“Tak ada sesuatupun di dunia ini yang sempurna. Tak ada persahabatan yang sempurna. tak ada cinta yang sempurna. pun tak ada orang yang sempurna. Yang terpenting adalah bagaimana kita menerima, menyayangi dan mencintai sesuatu atau seseorang yang tak sempurna  dengan cara yang sempurna”

For my “soulmate” – yang aku masih tak tahu ada dimana –

Juga untuk seorang yang pernah menjadi “teman dekat” yang ternyata hanyalah pengagum saja
Juga buat semua sahabat-sahabat yang telah menerima aku apa adanya. Terimakasih banyak temans, karena kalian hidupku jadi lebih bermakna dan berwarna

Balikpapan, 10 Oktober 2010

Rabu, 06 Oktober 2010

Kereta Hantu


Kuliah hari ini selesai larut malam. Setelah kelas selesai, buru-buru kulangkahkan kaki menuju stasiun kereta dekat kampus. Jalanan sudah sepi, para pedagangpun tak ada lagi. Stasiun sunyi.

Tak lama kemudian muncul kereta api dari arah selatan. Tanpa ragu kulangkahkan kaki masuk ke dalam. Di dalam gerbong kereta tak banyak penumpang. Hanya beberapa. Satu, dua,….kuhitung ada delapan orang termasuk aku. Kuperhatikan satu per satu. Di pojok depan, seorang pria paruh baya yang duduk seperti tertidur. Pulas, damai, terbuai dalam mimpi. Di seberangnya sepasang muda-mudi sedang asyik bercengkrama sambil sesekali mempertontonkan adegan mesra. Beuh, membuatku iri. Merasa jengah, kuedarkan pandangan ke bagian tengah gerbong. Nampak seorang nenek renta yang sedang duduk sendirian. Matanya kosong, nanar menatap ke arah kehampaan. Aku jadi teringat nenek di kampung halaman. Aku rindu. 

Tak jauh dari si nenek, ada seorang anak kecil yang sedari tadi mondar-mandir tak karuan. Bernyanyi kecil sambil sesekali melompat riang. Lucunya, pikirku. Tapi kenapa anak sekecil  itu bisa berada di kereta selarut ini sendirian? Kucoba memanggil sang anak, tetapi sepertinya yang ia tak mendengar. Lelah memanggil kuputuskan untuk diam. Kembali kuedarkan mata ke bagian belakang. Duduk seorang remaja pria dengan kaus kumal dan tas ransel di bahunya. Aku menduga ia anak SMA. Remaja itu sedang asyik mendengarkan music dari pemutar MP3nya. dan terakhir di pojok bagian belakang gerbong tampak seorang wanita muda bertampang muram. Wajahnya memancarakan kesedihan mendalam. Sempat kulihat ia seperti menangis tersedu sedan. Ingin kuhibur, tapi kutak berani mengganggu.

Delapan orang penumpang di gerbong tujuh. Semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Semua asyik dengan pikirannya masing-masing. Tanpa saling bicara  ataupun menyapa (kecuali pasangan muda-mudi di bagian depan).

Tak terasa kereta telah sampai di stasiun tujuan. Langsung saja kumelompat keluar kereta, lantas melangkah ke depan. Stasiun sangat sepi. Tak ada seorangpun yang kulihat. Setelah sampai di pelataran stasiun, aku disapa seorang pria tua berseragam -Petugas kebersihan PT. KAI sepertinya. Ia lantas bertanya padaku “ Neng malam-malam begini dari mana? Kok bisa ada di sini?” . Tanpa curiga aku jawab saja “Saya dari kampus pak, barusan saja turun dari kereta”. “Kereta yang mana neng? Sekarang sudah jam dua pagi. Kereta terakhir jam sembilan malam” ucap si Bapak tua tadi. “Loh tapi tadi saya ….” Kalimatku putus ditelan angin malam. Dalam sekejap semua terasa dingin, bulu kudukku berdiri….



Tiga Patah Kata


“Aku Cinta Kamu”

Tiga kata sakral yang yang mungkin akan merubah persahabatan kita selama sepuluh tahun belakangan. Tiga patah kata yang lama kupendam dalam dan tak sanggup kuungkapkan. Kusimpan saja sendirian dan tersimpan dalam lembaran-lembaran buku harian. 

Aku lebih memilih menyakiti diri sendiri dengan membohongimu dan membiarkanmu pergi. Biar hatiku sakit melihatmu bersama orang lain. Tak mengapa batinku menangis karena tak bisa memilikimu. Daripada kubiarkan kau bersedih karena kepergianku. Biar kanker gerogoti tubuhku. Tapi tidak cintaku untukmu.
Lembaran putih itu basah terkena rintik hujan yang mengguyur sejak dini hari tadi. Membasahi gundukan tanah merah yang baru tertanam. Hampa. Sunyi. Di sudut batu nisan yang baru terpasang.

Telah beristirahat dengan tenang

Aira Pratama
10 October 1981 – 2 Februari 2010