Di hari raya begini, seharusnya
adalah hari penuh suka cita. Apalagi kalau kita merayakannya bersama keluarga,
teman dan orang-orang terdekat. Akan tetapi terkadang momen itu bisa menjadi
sebuah ‘momok’ tersendiri buat sebagian orang. Kenapa? Ya itu karena sebuah
pertanyaan tentang ’kapan?’. Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan ngasih adik
lagi? Kapan? Kapan? Dan kapan? Hanya satu hal saja yang tidak ditanyakan, yaitu
kapan mati?
Pertanyaan yang sering ditanyakan
keluarga (terutama bukan keluarga inti), kerabat, tetangga, teman, dsb. Pertanyaan
ini sekilas terkesan sebagai sebuah perhatian penanya kepada yang ditanya. Tetapi
tahukah anda kalau pertanyaan-pertanyaan macam ini membuat banyak orang enggan
menghadiri acara keluarga besar, reuni, kumpul tetangga dan semacamnya. ‘Perhatian’
yang diberikan orang-orang jadi terasa berlebihan hingga tahapan ‘mengganggu’
privacy orang lain.
Siapakah anda, merasa berhak
menjudge hidup orang lain? Dengan mengatakan mereka terlalu pemilih, terlalu
sibuk bekerja, tidak mau berusaha, terlalu macam- macam, terlalu pasang standar
terlalu tinggi dan kalimat-kalimat lain yang sejenis. Siapakah anda? Merasa berhak
menilai orang dari status mereka, apakah mereka single, menikah dengan satu
anak, menikah tanpa anak, janda, duda dan semacamnya. Siapakah anda? Merasa berhak
untuk ikut campur masalah pribadi orang lain soal jodoh, anak, etc. Padahal itu
adalah hal yang hanya Tuhan saja yang tahu. Siapakah anda??
Tahukah anda? Ketika seseorang
sudah di usia yang dianggap cukup untuk menikah tetapi belum juga
menyempurnakan separuh agamanya itu, sebagian besar dari mereka sudah berusaha
dan berdoa? Tahukah anda berapa banyak usaha dan cinta yang sudah sia-sia? Tahukah
anda berapa banyak suka duka dan air mata yang sudah mereka alami untuk
menyempurnakan separuh agamanya? Saya tidak memungkiri, memang ada sebagian
orang yang memilih untuk sendiri selamanya. Hidup bebas tanpa terikat. Tetapi itu
hanya sebagian kecil saja. Tahukah anda kenapa sebagian besar mereka masih juga
sendiri sampai saat ini? Tahukah anda bagaimana perasaan mereka ketika
orang-orang di sekitarnya terus saja mengusik privacy mereka dan menanyakan
pertanyaan “kapan” itu? ANDA TIDAK TAHU APA-APA. YOU KNOW NOTHING.
Tahukah anda? Ketika pasangan
sudah menikah tetapi belum juga diberikan keturunan, sebagian besar dari mereka
sudah berusaha dan berdoa? Tahukah anda berapa banyak malam yang diusahakan
mereka? Tahukah anda berapa banyak konsultasi dokter, massage sampai ramuan tradisional yang mereka
usahakan demi memperoleh titipan Tuhan? Tahukah anda seberapa besar keinginan
mereka memperoleh buah cinta mereka? Saya tidak memungkiri, bahwa ada sebagian
kecil pasangan yang memilih untuk tidak punya keturunan. Tetapi jumlahnya
sangat kecil. Tahukah anda kenapa
sebagian besar dari mereka masih juga belum punya keturunan? Tahukah anda
bagaimana perasaan mereka ketika orang-orang di sekitarnya terus saja mengusik
privacy mereka dan menanyakan pertanyaan “kapan” itu? ANDA TIDAK TAHU APA-APA.
YOU KNOW NOTHING.
Tahukah anda? “Perhatian” yang
orang-orang berikan dengan cara bertanya soal “kapan” kepada orang lain itu bisa
menjadi ‘paku tajam’ di hati mereka? Yang
kalau sering mereka terima bisa menyakiti dan merusak hati mereka? Sedih, pedih
hingga meracuni pikiran mereka dengan buruk sangka? ‘Perhatian’ anda bisa
diartikan sebagai ikut campur urusan orang, pamer kebahagiaan dan semacamnya. Tahukah
anda? Kalau ‘perhatian’ yang anda berikan justru menjadi racun yang bisa
memutus silaturahmi. Karena mereka jadi enggan berinteraksi dengan anda.
Jodoh, keturunan, umur, nasib,
itu di tangan Tuhan. Manusia hanya bisa berusaha. Terus kalau sudah berusaha
dan berdoa belum juga memperoleh jodoh atau keturunan, apakah itu salah mereka?
Pemilih dalam mencari jodoh, apa
itu salah? Membeli pakaian saja harus dipilih, jangan sampai kebesaran atau
terlalu kecil buat kita. Apalagi mencari pendamping hidup yang untuk seumur
hidup.
Merencanakan keturunan, apa itu
salah? Memasak saja harus punya perencanaan. Jangan sampai kurang bahan di
tengah jalan atau hangus karena dimasak terlalu lama. Apalagi untuk punya
keturunan.
Jodoh, keturunan, umur, nasib,
itu di tangan Tuhan. Apakah anda Tuhan yang bisa menentukan jodoh dan keturunan
orang lain? Apakah anda Tuhan?
STOP pertanyaan-pertanyaan
tentang ‘kapan’. Kalau itu hanya itu untuk memuaskan ego anda untuk pamer
kebahagiaan dan merasa menang. Pernikahan dan keturunan bukanlah sebuah
pertandingan, adu cepat dan harus ada yang menang. STOP pertanyaan-pertanyaan
tentang ‘kapan’. Kalau itu hanya itu untuk memuaskan keingintahuan anda tentang
hidup orang lain. STOP pertanyaan-pertanyaan tentang ‘kapan’. Kalaupun tujuan
anda baik, bukankan lebih baik membantu dengan mendoakan, menjadi mak comblang
untuk kaum single ataupun memberikan tips atau rekomendasi ahli kesuburan bagi
pasangan yang belum juga memperoleh momongan.
STOP pertanyaan-pertanyaan
tentang ‘kapan’. Silaturahmi akan lebih indah jika semua orang saling memahami
tanpa ‘membully’.
“You never really understand a person until you consider things from
his point of view... Until you climb inside of his skin and walk around in it.”
(Harper Lee – To Kill A Mockingbird)
Jakarta, 18 Juli 2015 / 2 syawal 1436
H
Erry.
- Yang masih terus berdoa dan
berusaha untuk menyempurnakan separuh agamanya -