Pesawat kami dari Phuket menuju
Bangkok berangkat jam pagi. Jadi kami sudah harus checkout dan berangkat dari
hotel jam 4 pagi. Pagi-pagi buta kami sudah melaju di jalan raya sepi dan
menuju ke Bandara. Kami sengaja sudah memesan taxi dari hari sebelumnya karena
sangat sulit mencari taxi pagi buta seperti itu di sana. Kami sudah sampai di
bandara Phuket jam 5 pagi.
Penerbangan dari Phuket menuju
Bangkok di tempuh dalam waktu 1 jam 20 menit. Pesawat tiba di Bangkok 8.15. Di
Bangkok, kami akan menginap di rumah host kami James, ia juga dari komunitas CS
yang bersedia menjadi host kami selama di Bangkok. Setelah proses pengambilan
bagasi, kami menuju stasiun kereta. Kami naik airport train sampai Phayathai
Station. Dari stasiun, seharusnya kami menggunakan bus no. 54 untuk menuju
rumah James seperti yang sudah ia infokan. Akan tetapi, kami kebingungan
dimanakah letak halte bus atau paling tidak dimana kami harus menunggu bus yang
dimaksud.
Kami sudah berdiri di sebuah
titik yang kami kira pemberhentian bus (karena bentuknya yang mirip halte bus
di Indonesia), akan tetapi tidak ada satupun buskota yang berhenti. Kami pun
menanyakan pada penduduk setempat. Akan tetapi kendala bahasa jadi masalah.
Ternyata, orang Thailand, khususnya di Bangkok banyak yang tidak bisa berbahasa
Inggris, bahasa tarzanpun tidak nyambung karena yang kami tanyakan adalah
alamat rumah atau halte bus. Setelah kebingungan hampir 30 menit, kami akhirnya
bertemu seorang bule dan akhirnya bertanya padanya. Ternyata, tempat kami berdiri
dari tadi itu memang bukan halte bus. Itu adalah pemberhentian khusus taxi,
pemberhentian bus terletak beberapa puluh m dari sana*zedig.. pantes aja*.
Karena sudah terlalu lelah dan
bis juga tak muncul juga, akhirnya ujung-ujungnya kami memutuskan naik taxi.
Tak terlalu sulit menemukan alamat James yang terletak di Jl. Intamara, karena
tempat itu sekaligus sebuah café. Finally, kami sampai juga di café milik James
tempat kami akan menginap selama di Bangkok.
Café itu terletak di ruko tiga
lantai dimana café di lantai 1 sedangkan lantai 2 dan lantai 3 terdiri dari
beberapa ruang untuk kamar-kamar. Pada saat yang sama, James menjadi host untuk
lebih dari 10 orang yang berasal dari berbagai bangsa. Kami ditempatkan di
lantai 3, dan bersama kami ada 4 orang lain, 1 berasal dari USA, 1 dari
Hongkong, 1 Inggris dan 1 lagi dari Kanada. Selain kami berenam, ada lagi
keluarga dari Timur Tengah dan beberapa orang lagi. OMG, James baik hati
sekali, dia bersedia menyediakan tempat menginap bagi banyak backpacker yang
datang ke Bangkok. Entah sudah berapa ratus orang yang diterimanya selama
beberapa tahun ini. Bener-bener amazing rasanya. Walaupun tempatnya biasa saja,
tetapi buat ukuran para backpacker yang terpenting adalah ada tempat untuk
tidur dan beristirahat. Kami sangat berterimakasih kepada James atas kebaikan
hatinya.
Café milik James di lantai 1
adalah café yang 100% makanan yang disediakan adalah makanan halal. Ini karena
James memang seorang muslim. Kami sangat tertolong sekali. Karena di Bangkok
tidak seperti di daerah Thailand Selatan seperti Krabi dan Phuket yang masih
banyak penduduk muslimnya dan makanan halal mudah didapat. Di Bangkok makanan
halal sulit ditemukan.
Setelah beristirahat sejenak dan
beramah tamah dengan tuan rumah, kami segera keluar dan memulai petualangan
kami di Bangkok hari itu. Tujuan pertama kami adalah Museum lilin Madam Tussaud
yang ada di Discovery Mall Bangkok. Musium ini memajang koleksi patung lilin
banyak tokoh dunia, mulai dari aktris dan aktor, penyanyi, sutradara, tokoh
negara dan terkenal lainnya. Harga masuk Museum ini cukup mahal, sekitar 1300
baht per orang. Tetaou kita bisa buas bernarsis ria dengan para tokoh dan
selebritis favorit. Mau berfoto bareng Justin Beiber atau Beyonce? Bisa :D
Dari museum ini, kami ke national
stadium dan MBK. MBK adalah pusat perbelanjaan terkenal di Bangkok. Para
penggila belanja yang datang ke Bangkok pasti mampir ke mall ini. Tak jauh dari
MBK, ada art Contemporary Museum. Di depan museum ini banyak hasil karya seni
kontemporer yang unik, mulai dari tong sampah raksasa yang terguling, patung
hewan dan bola bola warna warni. Saat kami lewat di depannya juga ada seniman
jalanan yang sedang memamerkan aksinya. Seniman jalanna ini memainkan musik pukul
semacam gendang tapi terbuat dari beragam kaleng dan bekas kemasan makanan.
Selanjutnya kami menuju museum
Jim Thompson. Jim Thompson adalah orang Amerika yang akhirnya menetap di
Thailand dan mengembangkan industri sutra di sana. Dialah salah satu tokoh yang
membuat Thailand terkenal karena prosuksi sutra. Tokoh ini menghilang saat
sedang berlibur di daerah Cameroon Highland, Malaysia dan hingga sekarang tidak
diketahui di mana keberadaanya dan bagaimana nasibnya, masih hidup atau tidak.
Rumah milik Jim Thompson inilah yang kemudian oleh perintah Thailand dijadikan
museum Jim Thompson untuk menghormati dan mengenang beliau. Area musium ini
sangat luas terdiri dari beberapa bangunan yang didesain berdasarkan desain
rumah asli Thailand. Di dalam mueum ini ditampilkan berbagai hal yang terkait
dengan produksi sutra serta beragam barang antik yang menjadi koleksi pribadi
milik Jim Thompson.
Dari museum Jim Thompson,
rencananya kami akan ke kedutaan RI untuk mencari info terkait visa ke Myanmar
dan Laos. Kami menyusuri jalan mengikuti peta tak juga menemukannya. Kelaparan
mulai mendera dan memamg dari tadi kami belum juga menemukan makanan halal.
Sebenarnya kalau sore menjelang, hampir di sepanjang jalan di kota Bangkok
banyak pedagang yang menjajakan makanan. Akan tetapi karena kami khawatir akan
kehalalannya kami tak berani mencoba. Karena dari yang kami dengar, makanan di
sini banyak mengandung B2.
Akhirnya kami terus berjalan menyusuri jalan. Baru setelah sekitar 1 jam berjalan kami menemukan rumah makan yang menjual makanan halal. Kalau di Bangkok, kedai makan milik muslim selalu jelas diberi tanda makanan halal, jadi pembeli tidak perlu khawatir. Pemilik rumah makan ini juga seorang ibu-ibu berjilbab. Rasanya aman untuk makan di sini. Worry free. Kami menyantap nasi goreng dan mie goreng Thailand serta beberapa baso seafood yang ditusuk seperti sate dan dibakar serta disajikan dengan saus. Rasa makanan di sini maknyus. Rasanya selama lebih dari seminggu di Thailand kami belum pernah merasakan makanan yang tidak enak :D
Akhirnya kami terus berjalan menyusuri jalan. Baru setelah sekitar 1 jam berjalan kami menemukan rumah makan yang menjual makanan halal. Kalau di Bangkok, kedai makan milik muslim selalu jelas diberi tanda makanan halal, jadi pembeli tidak perlu khawatir. Pemilik rumah makan ini juga seorang ibu-ibu berjilbab. Rasanya aman untuk makan di sini. Worry free. Kami menyantap nasi goreng dan mie goreng Thailand serta beberapa baso seafood yang ditusuk seperti sate dan dibakar serta disajikan dengan saus. Rasa makanan di sini maknyus. Rasanya selama lebih dari seminggu di Thailand kami belum pernah merasakan makanan yang tidak enak :D
Perut sudah damai, badan sudah
letih, kami pun beranjak kembali ke tempat kami menginap. Malam itu kami
bertemu dengan beberapa orang backpaker yang sama-sama menginap di tempat
James. Setelah bercakap-cakap, bebersih, kamipun tidur.
1 komentar:
Tempatnya mas james ini di daerah/distrik mn mbak? Dia buka hostel gt ya? Atau emang menjamu teman scr cuma2?
Posting Komentar