Kami mengawali hari dengan
menikmati suasana pantai di pagi hari. Langit jingga, pasir pantai yang masih
berpola. kami bermalas-malasan ria. Berharap waktu masih panjang dan kami tak
harus segera meninggalkan ‘surga’ ini. Baru agak siangan kami mulai bersnorkling
ria dan bercanda dengan ikan berwarna warni yang banyak di sana. Pantai dan
laut yang indah, walaupun terumbu karang di tempat ini tidak terlalu luar
biasa. Masih lebih bagus di Indonesia. Akan tetapi (lagi-lagi) manajemen
pariwisata dan kesediaan fasilitas serta kemudahan akses menjadi faktor utama
kemajuan pariwisata mereka. Seharusnya kita banyak belajar dari negara-negara
tetangga.
Sebenarnya kami belum mau
beranjak dan bersiap-siap untuk pergi, tetapi mau bagaimana, kami sudah harus
check-out dari hotel jam 12 siang, jadi kami segera berhenti bermain air lalu
membersihkan badan dan packing-packing.
Rasanya masih tak mau beranjak
pergi dari sini. Menikmati hidup dan indahlnya alam, tanpa harus memikirkan
hal-hal rumit, pekerjaan, tanggung jawab, kemacetan dan sebagainya. Pukul 1
siang kami sudah harus kembali ke pelabuhan untuk menumpang kapal yang akan
membawa kami ke Phuket. Bye Bye Ko Phi
Phi’s Heaven.
Kapal yang kami tumpangi
berangkat pukul 14.30. perjalanan dari Ko Phi Phi ke Phuket ditempuh dalam
waktu sekitar 2 jam dengan biaya 500 baht per orang. Di perjalanan, cuaca mulai
memburuk. Hal ini karena saat ini sudah mulai memasuki moonsoon season yang
ditandai dengan meningkatnya curah hujan,
angin kencang dan meningkatnya ketinggian gelombang laut. Dalam cuaca
seperti ini sangat sulit dan bahkan dalam taraf tertentu bisa berbahaya kalau
melakukan aktifitas di laut. Ombak besar yang sangat terasa di kapal besar ini
membuat kami tersadar kalau kami sangat beruntung telah menyelesaikan aktifitas
di laut kemarin. Thanks God, saat
kami bermain di laut beberapa hari sebelumnya cuaca masih cerah ceria.
Alhamdulillah.
Setelah berjuang menerjang ombak
sepanjang perjalanan, akhirnya kapalpun tiba di pelabuhan Phuket. Dari
pelabuhan, kami menumpang minivan yang mengatarkan kami ke hotel tempat kami
menginap di daerah Patong Beach.
Kami berencana menginap dua malam
di Phuket. Kami memilih Seven Seas Hotel Phuket yang berada di area Patong
Beach tak jauh dari Novotel Hotel Phuket. Kami menginap di kamar standart
double ber AC dengan biaya 600 baht atau sekitar 180 ribu per malam. Patong
Beach adalah salah satu pantai yang terkenal di Phuket. Di sini banyak berdiri
hotel dan guest house, rumah makan dan restoran segala tingkatan harga. Selain
itu, area Patong terkenal dengan hiburan malamnya yang ‘ramai’.
Setelah istirahat dan
membersihkan tubuh, kami siap untuk mengeksplore sekeliling Patong. Sore mulai
menjelang, kami berjalan santai di sepanjang pantai. Kursi kursi berjejer
sepanjang pantai. Tampak pula beberapa orang tukang pijat dan salon rambut ada
kadarnya. Beberapa orang turis tampak sedang menikmati Thai Massage dan ada
juga yang sedang membuat rambutnya menjadi keriting gimbal ala Jamaican.
Matahari makin turun dan langit
makin menjingga. Kami duduk di tepi pantai sambil menunggu sunshet. Sayangnya,
karena cuaca buruk langit berawan dan sunsetnya tidak nampak. Kami Cuma bengong
di tepi pantai sambil memperhatikan orang lalu lalang. Setelah senja, kami
melanjutkan perjalanan ke arah pusat keramaian dimana banyak terdapat hotel dan
rumah makan yang merupakan pusat area para backpacker. Banyak pedagang makanan
di sepanjang jalan. Saatnya wisata kuliner!
Kami mencicipi berbagai makanan
kecil khas Thailand, barbeque seafood, sosis dan nugget yang diberi manis
pedas, creepes semacam martabak mini, dan entah apa lagi yang kami kunyah sore
itu. Kami juga berhenti dari satu tour agent ke tour agent yang lain untuk
mencari harga tiket pertunjukan termurah. Phuket, terutama area Patong Beach
terkenal dengan beberapa pertunjukan ‘spesial’. Mulai dari kabaret wanita transgender, aksi para
wanita ataupun transgender penghibur yang sedang ‘ mempromosikan’ dirinya dengan
berani di pinggir jalan. Sampai ada yang pole dancing segala loh. Kami memilih
untuk menyaksikan pertunjukan kabaret para transgender ini. Karena ramai dan
banyak peminatnya berdiri beberapa kelompok kabaret, yang paling terkenal
diantaranya adalah Simon Cabaret dan Aphrodite. Akhirnya kami bisa mendapatkan
tiket pertunjukan untuk esok malam sebesar 500 baht per orang. Untuk Aphrodite
dijual dengan harga 50 baht lebih murah.
Patong sering disebut sebagai
‘Heaven of Evil Things”. Karena banyak pertunjukan ‘khas’ malam di sini. Selain
kabaret yang lebih sopan, sebenarnya ada beberapa macam pertunjukan lain,
seperti pingpong show. Tiket pertunjukan ‘Pingpong’ show ini tidak dijual
terbuka karena ini adalah pertunjukan khusus dewasa. Biasanya, para tour agent
yang akan menawarkan kepada para turis. Tetapi entah kenapa selama kami
berkeliling dari satu tour agent yang satu ke tour agent yang lain, tak
sekalipun kami ditawari pertunjukan itu. Dan kamipun tidak berani untuk
menanyakannya. He3x.
Menurut salah seorang teman yang
sudah pernah menyaksikan pertunjukan ini, pingpong show memang pertunjukan
khusus orang ‘dewasa’ terutama para pria. Karena banyak memperlihatkan adegan
dan hal-hal yang tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Jadi makin penasaran
sebenarnya *evil mode on*. Kalau dipikir-pikir pantas saja kami sama sekali
tidak ditawari, karena kami berdua adalah perempuan dan dari pakaian dan kostum
saya yang berjilbab ini tidak memungkinkan mereka menawari kami pertunjukan
macam itu. Salah satu tidak enaknya perempuan berjilbab saat travelling terkadang
kita tidak bisa menikmati dan mengekspklore destinasi wisata secara optimal.
Ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan serta terlalu ‘obvious’ dan sering
jadi pusat perhatian. Dianggap aneh? maybe. He3x.
Dalam perjalanan kembali ke Hotel
malam itu kami melihat banyak orang sedang berkerumun di pantai. Karena
penasaran, kami mendatangi kerumunan tersebut. Ternyata telah terjadi
kecelakaan di pantai. Seorang wisatawan asal korea selatan hampir tenggelam
saat sedang bermain selancar di pantai. Dan saat itu tim medis sedang melakukan
pertolongan sebelum membawa korban ke RS.
Gelombang dan cuaca saat itu
memang sedang tidak baik. Di tepi pantai pun sudah terpasang papan peringatan
dan bendera merah yang melarang pengujung untuk melakukan aktifitas di air.
Tetapi entah karena tidak melihat atau memang sengaja tidak mengindahkan
peringatan, wisatawan itu tetap berselancar di pantai. Akibatnya, terjadilah
kecelakaan tersebut. Kasihan sebenarnya wisatawan tersebut, dia datang ke
Phuket untuk berlibur, tetapi malah berakhir di rumah sakit. Oleh karenanya
pelajaran buat kita untuk berhati-hati dan perhatikan peringatan yang ada agar
tidak terjadi celaka.