Pada hari Jumat, 22 Juni 2012
pagi hari buta kami sudah packing-packing. Setelah pamit dan pada host kami yang baik hati – Emiko - .
Pukul 6.15 pagi kami sudah berangkat menuju pool bus yang akan mengantarkan
kami ke Melaka. Bus dijadwalkan berangkat pukul 8 pagi. Harga tiket Singapore –
Melaka adalah SIN$ 21/orang atau sekitar 150 ribu Rupiah/orang.
Kami tiba di Terminal Melaka
sentral sekitar pukul 12 siang. Satu jam lebih lambat dari jadwal, karena bis
baru berangkat sekitar jam 8.30. Rencananya kami akan menumpang bus umum dari
terminal ke area kota tua tempat kami menginap, tetapi kami tidak berhasil
menemukan satu bis pun. Akhirnya kami terpaksa menggunakan taxi dengan tarif
RM30. Di Malaysia, hampir semua taxi menggunakan argo kuda, terutama kepada
para tourist asing. Jadi harus pandai-padai menawar dan harus tega. Sekitar
satu jam kemudian, kami tiba juga di guest house tempat kami menginap.
Kami menginap di Sayang-Sayang
Guest House di Jalan Kampung Hulu area old town, Melaka. Tarif kamar antara
RM60-120/ malam. Karena kami memesan dan membayar beberapa bulan sebelumnya
melaui internet, kami bisa mendapatkan rate terendah. Guest house ini terletak
tak jauh dari point of interest kota
ini. Jadi kita cukup berjalan kaki untuk mencapainya. Luas kamar sangat kecil,
yaitu sekitar 2 m x 2,5 tetapi di tata
unik. Kamar terbagi 2 bagian, atas dan bawah. Kasur ditempatkan di atas dan
bawahnya ditempatkan sofa beserta meja kecil. Baru kali ini dapat kamar hotel
model begini. Tetapi untuk rate seharga ini cukuplah. Sebagai perbadingan,
rata-rata kamar hotel ataupun guest house budget bisa mencapai RM 100/ malam.
Setelah beristirahat sebentar,
kami mulai berangkat untuk menjelajah kota tua Melaka. Mulai dari Masjid
Kampung Hulu yang hanya berjarak 200 m dari tempat kami menginap. Lalu kami menjelajahi
kawasan chinatown yang penuh bangunan bergaya oriental dan toko-toko berjejer
di sepanjang jalan. Kami mengunjungi jonker walk dan Baba Nyonya Heritage Museum
serta beberapa temple yang tersebar di banyak tempat di sana. Matahari makin
turun dan perut kami mulai berteriak minta diisi. Kami belum juga menemukan
makanan halal di sana. Karena berada di area chinatown, kami tidak berani makan
di sembarang tempat, karena khawatir soal kehalalannya. Rasanya ironis, kami
berada di negeri melayu yang katanya mayoritas muslim. Tetapi kami sulit menemukan
makanan halal di sana. Akhirnya kami terus berjalan diterpa matahari terik luar
biasa dan perut kelaparan. Baru setelah bertanya sana sini, kami akhirnya
menemukan warung makanan melayu di pasar melaka yang letaknya di sebrang
miniatur kapal. Hampir semua makanan di pasar ini adalah makanan melayu karena
hampir semua pedagang yang berjualan di sini adalah melayu Muslim. Akhirnya
kami bisa makan puas tanpa rasa was-was.
Puas mengisi perut, kami
melanjutkan berkeliling ke area Town Square dan Bukit St. Paul. Di kawasan ini,
banyak gedung tua peninggalan eropa seperti Staddhuys dan St Paul Church . Bangunan
tua di kawasan ini seperti di kota tua Jakarta. Bedanya, gedung-gedung di sini
kondisinya jauh lebih terawat, bersih dan rapih. Beberapa gedungpun di cat
warna warni. Banyak terlihat wisatawan asing bersliweran di sini. Tak lupa,
kami puas bernarsis ria. Apalagi ketika malam menjelang dan lampu lampu mulai
menyala.. it’s so… romantic. Lampu-lampu
fluor berwarna di sekitar gedung tua dan pohon besar dan tua. Puas ambil photo night shoot dan slow speed di sini. Saatnya tripod
beraksi!! :D
Setelah puas berphoto ria di area
Town Square, kami kembali menyusuri chinatown menuju penginapan. Ternyata,
malam itu ada night market di area jonker walk. Akhirnya kami menyusuri pasar
malam yang meriah dan padat. Baru jam 9 malam kami tiba di penginapan. Lelah
dan lengket sekujur badan. Mandi!!!! Lalu tidoor!! :D Have a nice sleep.
0 komentar:
Posting Komentar