The Journey is begin. Sekitar jam 7.30 pagi waktu setempat kami
sudah berangkat. Emiko mengantar kami berkeliling area sekitar tempat
tinggalnya sekalian ia berangkat ke kantor. Hollad Village adalah kawasan
pemukiman, banyak apartment berdiri di sana. Apartment yang ada di sini tidak
seperti apartment mewah seperti yang banyak ada di Jakarta. Mungkin lebih
tepatnya ini seperti rumah susun di jakarta, hanya saja jauh lebih rapih,
bersih dan teratur. Setelah berkeliling, kami sama-sama menuju stasiun MRT
terdekat.
Tujuan pertama kami di Singapore
adalah Esplanade dan Marina Bay. Kami berjalan kaki berkeliling mulai dari Teater
Esplanade yang didesign mirip durian, Marina Bay hingga Patung Merlion yang terkenal
sebagai iconnya negeri singa ini. Sayangnya saat kami ke sana Patung Merlion
sedang dalam proses renovasi jadi kami tidak bisa bernarsis ria di sana. Kami
hanya bisa narsis di Little Merlion, patung Merlion kecil yang letaknya tak
jauh dari Patung Merlion. Jam sudah menunjukan jam 10 pagi dan matahari sudah
makin meninggi perutpun sudah berteriak minta diisi. Akhirnya kami memutuskan
‘ngadem’ di coffe bean terdekat. Kami membeli secangkir kopi untuk Dahlia,
secangkir coklat panas untuk saya dan satu porsi sandwich untuk kami makan
berdua. Bukan karena kami romantis, tetapi karena harga semua barang di Singapore
bikin kami hampir menangis. Sebotol air mineral 500 ml yang di Jakarta seharga
3000 Rupiah, di sana dihargai sekitar SIN$ 1,5 - 3 atau sekitar 10 ribu – 20
ribu Rupiah. Harga tiket MRT berkisar SIN$ 1,2-3 tergantung jarak. Jadi kami
harus banyak berhitung sebelum membeli barang.
Setelah cukup mengisi perut, kami
melanjutkan perjalanan menuju area Bugis dan Little India. Toko-toko berjajar
sepanjang jalan yang menggoda iman. Apalagi saat kami mengunjungi area Orchard
Road, shopping mall sepandang mata memandang. OMG… bener- bener godaan iman
yang (untungnya) tertahan oleh kemampuan kantong yang tak mau bolong.
Perjalanan kami masih panjang, ini baru hari pertama dari 40 hari yang kami
rencanakan. Alhasil, kami sukses tidak membeli apapun di sana.
Puas windows shopping, kami berangkat menuju Sentosa Island menumpang
MRT menuju Vivo Mall. Dari sana kami membeli tiket dan naik Sentosa Express
menuju Universal Studio Singapore. Berkeliling kota di Singapore, seperti
perjalanan dari mall ke mall. Naik turun MRT akan langsung menuju mall. Negeri
ini adalah negeri sejuta mall. Buat para penggila belanja, ini adalah surga.
Tetapi, buat traveller berkantong pas-pasan seperti kami, ini adalah
neraka!! Hemat adalah motto utama kami.
Sesampainya di Universal Studio,
kami tidak masuk ke dalam area USS, karena (lagi-lagi) masalah biaya jadi
kendala utama. Harga tiket masuknya mahal cyin.. sekitar SIN$80 per orang atau
sekitar 600 ribu rupiah/ orang. Jadi kami sudah cukup puas hanya dengan berfoto
ria di depannya, terutama mini globe yang ada logo universal studionya .
Puas bernarsis ria di Universal
studio, kami berkeliling area lain di Sentosa Island. Sentosa Island ini
sebenarnya adalah pulau buatan yang terbentuk dari urukan pasir. Dengar-dengar,
pasirnya berasal dari pantai di Indonesia. Hebatnya Singapore, mereka
benar-benar memanfaatkan teknologi dan berdana besar untuk membuat pulau,
membangun air terjun buatan, sungai buatan dan
kebun raya buatan. Dan mereka pandai mempromosikan wisatanya. Padahal,
kalau dari segi alam, Indonesia jauh lebih indah dan punya segalanya. Tetapi
mereka bisa mendayagunakan yang mereka punya dan memanagenya dengan baik. Kadang jadi mikir, kenapa masih banyak orang
Indonesia ke Singapore malah datang ke ‘hutan’ buatan di sini. Padahal di
Indonesia banyak, luas dan asli. Mungkin yang mereka cari hanyalah gengsi? Entahlah.
Kalo ke Singapore untuk shopping sih sangat wajar, karena ini memang surganya
belanja. Tetapi untuk wisata alam? Hmm… nanti dulu deh.
Puas beredar di Sentosa Island,
sekitar jam 7 malam kami menuju Lau Pa Sat untuk makan malam. Kami akan makan
malam bersama Emiko host kami. Lau Pa Sat adalah food court luas tak jauh dari
MRT Rafless Place. Tempat ini terkenal sebagai tempat kumpul dan dinner warga Singapore
maupun wisatawan. Di tempat ini menyajikan berbagai jenis masakan, mulai dari
seafood, chinesse food, indian,
melayu hingga western food. Kami
memilih seafood sebagai menu makan malam. Singapore terkenal dengan sea food di hawker food stal nya. Sea food yang kami makan lumayan enak dan segar.kami
menghabiskan sekitar SIN $50 untuk makan malam. Lumayan mahal untuk ukuran
Indonesia, tetapi apa sih di Singapore yang tidak mahal?
Rencananya, setelah dinner kami akan
melanjutkan untuk hunting night shoot photo di area Marina Bay Sand yang
terkenal itu. Tetapi kami sudah terlalu lelah karena hampir sepanjang hari
‘berkakilator’ ria muter-muter Singapore. Plus perut yang kekenyangan kami
memutuskan untuk segera kembali ke apartment Emiko untuk tidur dan
beristirahat. Karena kami harus berangkat esok pagi untuk menumpang bis menuju
Melaka.
1 komentar:
terima kasih infonya. perjalanannya keren...
Posting Komentar