Pages

Sabtu, 30 Juni 2012

Gembel Traveller. Day 10. From Ko Phi Phi to Phuket : From Heaven to ‘Heaven’



Kami mengawali hari dengan menikmati suasana pantai di pagi hari. Langit jingga, pasir pantai yang masih berpola. kami bermalas-malasan ria. Berharap waktu masih panjang dan kami tak harus segera meninggalkan ‘surga’ ini. Baru agak siangan kami mulai bersnorkling ria dan bercanda dengan ikan berwarna warni yang banyak di sana. Pantai dan laut yang indah, walaupun terumbu karang di tempat ini tidak terlalu luar biasa. Masih lebih bagus di Indonesia. Akan tetapi (lagi-lagi) manajemen pariwisata dan kesediaan fasilitas serta kemudahan akses menjadi faktor utama kemajuan pariwisata mereka. Seharusnya kita banyak belajar dari negara-negara tetangga.

Sebenarnya kami belum mau beranjak dan bersiap-siap untuk pergi, tetapi mau bagaimana, kami sudah harus check-out dari hotel jam 12 siang, jadi kami segera berhenti bermain air lalu membersihkan badan dan packing-packing.

Rasanya masih tak mau beranjak pergi dari sini. Menikmati hidup dan indahlnya alam, tanpa harus memikirkan hal-hal rumit, pekerjaan, tanggung jawab, kemacetan dan sebagainya. Pukul 1 siang kami sudah harus kembali ke pelabuhan untuk menumpang kapal yang akan membawa kami ke Phuket. Bye Bye Ko Phi Phi’s Heaven.

Kapal yang kami tumpangi berangkat pukul 14.30. perjalanan dari Ko Phi Phi ke Phuket ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam dengan biaya 500 baht per orang. Di perjalanan, cuaca mulai memburuk. Hal ini karena saat ini sudah mulai memasuki moonsoon season yang ditandai dengan meningkatnya curah hujan,  angin kencang dan meningkatnya ketinggian gelombang laut. Dalam cuaca seperti ini sangat sulit dan bahkan dalam taraf tertentu bisa berbahaya kalau melakukan aktifitas di laut. Ombak besar yang sangat terasa di kapal besar ini membuat kami tersadar kalau kami sangat beruntung telah menyelesaikan aktifitas di laut kemarin. Thanks God, saat kami bermain di laut beberapa hari sebelumnya cuaca masih cerah ceria. Alhamdulillah.

Setelah berjuang menerjang ombak sepanjang perjalanan, akhirnya kapalpun tiba di pelabuhan Phuket. Dari pelabuhan, kami menumpang minivan yang mengatarkan kami ke hotel tempat kami menginap di daerah Patong Beach.

Kami berencana menginap dua malam di Phuket. Kami memilih Seven Seas Hotel Phuket yang berada di area Patong Beach tak jauh dari Novotel Hotel Phuket. Kami menginap di kamar standart double ber AC dengan biaya 600 baht atau sekitar 180 ribu per malam. Patong Beach adalah salah satu pantai yang terkenal di Phuket. Di sini banyak berdiri hotel dan guest house, rumah makan dan restoran segala tingkatan harga. Selain itu, area Patong terkenal dengan hiburan malamnya yang ‘ramai’.

Setelah istirahat dan membersihkan tubuh, kami siap untuk mengeksplore sekeliling Patong. Sore mulai menjelang, kami berjalan santai di sepanjang pantai. Kursi kursi berjejer sepanjang pantai. Tampak pula beberapa orang tukang pijat dan salon rambut ada kadarnya. Beberapa orang turis tampak sedang menikmati Thai Massage dan ada juga yang sedang membuat rambutnya menjadi keriting gimbal ala Jamaican. 

Matahari makin turun dan langit makin menjingga. Kami duduk di tepi pantai sambil menunggu sunshet. Sayangnya, karena cuaca buruk langit berawan dan sunsetnya tidak nampak. Kami Cuma bengong di tepi pantai sambil memperhatikan orang lalu lalang. Setelah senja, kami melanjutkan perjalanan ke arah pusat keramaian dimana banyak terdapat hotel dan rumah makan yang merupakan pusat area para backpacker. Banyak pedagang makanan di sepanjang jalan. Saatnya wisata kuliner!

Kami mencicipi berbagai makanan kecil khas Thailand, barbeque seafood, sosis dan nugget yang diberi manis pedas, creepes semacam martabak mini, dan entah apa lagi yang kami kunyah sore itu. Kami juga berhenti dari satu tour agent ke tour agent yang lain untuk mencari harga tiket pertunjukan termurah. Phuket, terutama area Patong Beach terkenal dengan beberapa pertunjukan ‘spesial’. Mulai  dari kabaret wanita transgender, aksi para wanita ataupun transgender penghibur yang sedang ‘ mempromosikan’ dirinya dengan berani di pinggir jalan. Sampai ada yang pole dancing segala loh. Kami memilih untuk menyaksikan pertunjukan kabaret para transgender ini. Karena ramai dan banyak peminatnya berdiri beberapa kelompok kabaret, yang paling terkenal diantaranya adalah Simon Cabaret dan Aphrodite. Akhirnya kami bisa mendapatkan tiket pertunjukan untuk esok malam sebesar 500 baht per orang. Untuk Aphrodite dijual dengan harga  50 baht lebih murah.

Patong sering disebut sebagai ‘Heaven of Evil Things”. Karena banyak pertunjukan ‘khas’ malam di sini. Selain kabaret yang lebih sopan, sebenarnya ada beberapa macam pertunjukan lain, seperti pingpong show. Tiket pertunjukan ‘Pingpong’ show ini tidak dijual terbuka karena ini adalah pertunjukan khusus dewasa. Biasanya, para tour agent yang akan menawarkan kepada para turis. Tetapi entah kenapa selama kami berkeliling dari satu tour agent yang satu ke tour agent yang lain, tak sekalipun kami ditawari pertunjukan itu. Dan kamipun tidak berani untuk menanyakannya. He3x.

Menurut salah seorang teman yang sudah pernah menyaksikan pertunjukan ini, pingpong show memang pertunjukan khusus orang ‘dewasa’ terutama para pria. Karena banyak memperlihatkan adegan dan hal-hal yang tidak pantas dilihat oleh anak kecil. Jadi makin penasaran sebenarnya *evil mode on*. Kalau dipikir-pikir pantas saja kami sama sekali tidak ditawari, karena kami berdua adalah perempuan dan dari pakaian dan kostum saya yang berjilbab ini tidak memungkinkan mereka menawari kami pertunjukan macam itu. Salah satu tidak enaknya perempuan berjilbab saat travelling terkadang kita tidak bisa menikmati dan mengekspklore destinasi wisata secara optimal. Ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan serta terlalu ‘obvious’ dan sering jadi pusat perhatian. Dianggap aneh? maybe. He3x.

Dalam perjalanan kembali ke Hotel malam itu kami melihat banyak orang sedang berkerumun di pantai. Karena penasaran, kami mendatangi kerumunan tersebut. Ternyata telah terjadi kecelakaan di pantai. Seorang wisatawan asal korea selatan hampir tenggelam saat sedang bermain selancar di pantai. Dan saat itu tim medis sedang melakukan pertolongan sebelum membawa korban ke RS.

Gelombang dan cuaca saat itu memang sedang tidak baik. Di tepi pantai pun sudah terpasang papan peringatan dan bendera merah yang melarang pengujung untuk melakukan aktifitas di air. Tetapi entah karena tidak melihat atau memang sengaja tidak mengindahkan peringatan, wisatawan itu tetap berselancar di pantai. Akibatnya, terjadilah kecelakaan tersebut. Kasihan sebenarnya wisatawan tersebut, dia datang ke Phuket untuk berlibur, tetapi malah berakhir di rumah sakit. Oleh karenanya pelajaran buat kita untuk berhati-hati dan perhatikan peringatan yang ada agar tidak terjadi celaka.

0 komentar:

Posting Komentar