Pages

Sabtu, 18 Juli 2015

KAPAN?



Di hari raya begini, seharusnya adalah hari penuh suka cita. Apalagi kalau kita merayakannya bersama keluarga, teman dan orang-orang terdekat. Akan tetapi terkadang momen itu bisa menjadi sebuah ‘momok’ tersendiri buat sebagian orang. Kenapa? Ya itu karena sebuah pertanyaan tentang ’kapan?’. Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan ngasih adik lagi? Kapan? Kapan? Dan kapan? Hanya satu hal saja yang tidak ditanyakan, yaitu kapan mati? 

Pertanyaan yang sering ditanyakan keluarga (terutama bukan keluarga inti), kerabat, tetangga, teman, dsb. Pertanyaan ini sekilas terkesan sebagai sebuah perhatian penanya kepada yang ditanya. Tetapi tahukah anda kalau pertanyaan-pertanyaan macam ini membuat banyak orang enggan menghadiri acara keluarga besar, reuni, kumpul tetangga dan semacamnya. ‘Perhatian’ yang diberikan orang-orang jadi terasa berlebihan hingga tahapan ‘mengganggu’ privacy orang lain.

Siapakah anda, merasa berhak menjudge hidup orang lain? Dengan mengatakan mereka terlalu pemilih, terlalu sibuk bekerja, tidak mau berusaha, terlalu macam- macam, terlalu pasang standar terlalu tinggi dan kalimat-kalimat lain yang sejenis. Siapakah anda? Merasa berhak menilai orang dari status mereka, apakah mereka single, menikah dengan satu anak, menikah tanpa anak, janda, duda dan semacamnya. Siapakah anda? Merasa berhak untuk ikut campur masalah pribadi orang lain soal jodoh, anak, etc. Padahal itu adalah hal yang hanya Tuhan saja yang tahu. Siapakah anda??

Tahukah anda? Ketika seseorang sudah di usia yang dianggap cukup untuk menikah tetapi belum juga menyempurnakan separuh agamanya itu, sebagian besar dari mereka sudah berusaha dan berdoa? Tahukah anda berapa banyak usaha dan cinta yang sudah sia-sia? Tahukah anda berapa banyak suka duka dan air mata yang sudah mereka alami untuk menyempurnakan separuh agamanya? Saya tidak memungkiri, memang ada sebagian orang yang memilih untuk sendiri selamanya. Hidup bebas tanpa terikat. Tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Tahukah anda kenapa sebagian besar mereka masih juga sendiri sampai saat ini? Tahukah anda bagaimana perasaan mereka ketika orang-orang di sekitarnya terus saja mengusik privacy mereka dan menanyakan pertanyaan “kapan” itu? ANDA TIDAK TAHU APA-APA. YOU KNOW NOTHING.

Tahukah anda? Ketika pasangan sudah menikah tetapi belum juga diberikan keturunan, sebagian besar dari mereka sudah berusaha dan berdoa? Tahukah anda berapa banyak malam yang diusahakan mereka? Tahukah anda berapa banyak konsultasi dokter,  massage sampai ramuan tradisional yang mereka usahakan demi memperoleh titipan Tuhan? Tahukah anda seberapa besar keinginan mereka memperoleh buah cinta mereka? Saya tidak memungkiri, bahwa ada sebagian kecil pasangan yang memilih untuk tidak punya keturunan. Tetapi jumlahnya sangat kecil.  Tahukah anda kenapa sebagian besar dari mereka masih juga belum punya keturunan? Tahukah anda bagaimana perasaan mereka ketika orang-orang di sekitarnya terus saja mengusik privacy mereka dan menanyakan pertanyaan “kapan” itu? ANDA TIDAK TAHU APA-APA. YOU KNOW NOTHING.

Tahukah anda? “Perhatian” yang orang-orang berikan dengan cara bertanya soal “kapan” kepada orang lain itu bisa menjadi ‘paku tajam’ di hati mereka?  Yang kalau sering mereka terima bisa menyakiti dan merusak hati mereka? Sedih, pedih hingga meracuni pikiran mereka dengan buruk sangka? ‘Perhatian’ anda bisa diartikan sebagai ikut campur urusan orang, pamer kebahagiaan dan semacamnya. Tahukah anda? Kalau ‘perhatian’ yang anda berikan justru menjadi racun yang bisa memutus silaturahmi. Karena mereka jadi enggan berinteraksi dengan anda.

Jodoh, keturunan, umur, nasib, itu di tangan Tuhan. Manusia hanya bisa berusaha. Terus kalau sudah berusaha dan berdoa belum juga memperoleh jodoh atau keturunan, apakah itu salah mereka?

Pemilih dalam mencari jodoh, apa itu salah? Membeli pakaian saja harus dipilih, jangan sampai kebesaran atau terlalu kecil buat kita. Apalagi mencari pendamping hidup yang untuk seumur hidup.

Merencanakan keturunan, apa itu salah? Memasak saja harus punya perencanaan. Jangan sampai kurang bahan di tengah jalan atau hangus karena dimasak terlalu lama. Apalagi untuk punya keturunan.

Jodoh, keturunan, umur, nasib, itu di tangan Tuhan. Apakah anda Tuhan yang bisa menentukan jodoh dan keturunan orang lain? Apakah anda Tuhan?

STOP pertanyaan-pertanyaan tentang ‘kapan’. Kalau itu hanya itu untuk memuaskan ego anda untuk pamer kebahagiaan dan merasa menang. Pernikahan dan keturunan bukanlah sebuah pertandingan, adu cepat dan harus ada yang menang. STOP pertanyaan-pertanyaan tentang ‘kapan’. Kalau itu hanya itu untuk memuaskan keingintahuan anda tentang hidup orang lain. STOP pertanyaan-pertanyaan tentang ‘kapan’. Kalaupun tujuan anda baik, bukankan lebih baik membantu dengan mendoakan, menjadi mak comblang untuk kaum single ataupun memberikan tips atau rekomendasi ahli kesuburan bagi pasangan yang belum juga memperoleh momongan.


STOP pertanyaan-pertanyaan tentang ‘kapan’. Silaturahmi akan lebih indah jika semua orang saling memahami tanpa ‘membully’.

“You never really understand a person until you consider things from his point of view... Until you climb inside of his skin and walk around in it.” (Harper Lee – To Kill A Mockingbird)

Jakarta, 18 Juli 2015 / 2 syawal 1436 H
Erry.
- Yang masih terus berdoa dan berusaha untuk menyempurnakan separuh agamanya -