Pages

Sabtu, 12 Desember 2009

Cukup Sudah. Selesai


Sudahlah. Cukup. Selesai. That's enough. Finished. Kalau memang tidak. Katakan saja tidak. Tak perlu kau ungkit lagi. Tak perlu kau candai. Apalagi kau coba sodorkan aku pada lain hati. Tahukah kau kalau itu jauh lebih menyakitkan daripada sekedar kata 'tidak'? Aku bukan wonder woman yang bisa terus menahan rasa sakit ini. Tapi aku tak butuh simpati. Juga tak perlu dikasihani. Mungkin aku pernah cinta kamu. Tapi aku jauh lebih cinta diriku. Hidupku. Jadi maaf saja. I'm sorry say goodbye. Sayonara. Apakah akan kau tertawai? Atau bahkan ‘kan kau sesali nanti? Kutak peduli lagi. Karena mulai kini kau bukan siapa-siapa lagi.

Palangkaraya, 11 Desember 2009

Sabtu, 21 November 2009

Terjebak Hampa


Hampa rata tanpa dinamika
Sunyi sepi menepi

Hampa tanpa kata
Senyap tanpa suara

Hampa
Sepi
Mati

Terjebak sunyi
Tertawan hampa
Terpenjara sepi

Otakku berkarat
Kakiku terikat
Jiwaku mati
Ideku lari

Dan kebosanan itu, mungkin bisa membunuhku,
Perlahan, namun pasti

Palangkaraya, 20 November 2009

Senin, 09 November 2009

Salam Rindu Untukmu di Surga


8 November 1987

Hari itu, langit kelabu. Matahari bersembunyi malu-malu. Hujan rintik-rintik mengiringi kepergianmu. Setelah beberapa waktu berjuang, akhirnya kanker dengan ganas merenggutmu dari keluargamu. Juga dari sisiku, ibu.

Waktu itu, aku masih terlalu kecil untuk tahu apa itu kanker. Apa itu leukemia. Apa itu kemotheraphy. Apa itu operasi. Saat itu, aku hanyalah seorang anak kecil yang cerewet, sok tahu dan keras kepala. Tetapi kau tetap sabar menghadapiku. Aku yang egois. Aku yang keras kepala. Teringat aku pada peristiwa dulu. Ketika sikap sok tahu dan kekeraskepalaanku membuahkan sebuah “bencana” di kamarmu. Yang bahkan kalau kuingat sekarang membuatku takut pada diriku sendiri. Ternyata, jauh di dalam diriku, aku punya bakat untuk berbuat “di luar batas”. Tapi itu terjadi jauh di masa lalu. Saat itu, kau masih ada disisiku, ibu.

Masih teringat jelas di kepalaku, saat terakhir kau selalu berkata ingin pulang. Dan kami semua berpikir kalau kau ingin pulang ke tanah kelahiranmu. Akan tetapi, ternyata, kau malah pulang kepada-Nya. Tuhan memanggilmu begitu cepat. Mungkin karena Dia begitu mencintaimu, ibu.

Hari ini, kumasih di sini. Di dunia fana yang telah kau tinggalkan. Di tengah berbagai coba dan warna kehidupan. Hingga detik ini, kumasih selalu teringat padamu. Bukan hanya karena kau telah melahirkan dan membesarkanku. Bukan hanya karena kau telah memberikan aku hidup dan cintamu. Bukan hanya karena kau telah mengajarkan kebahagiaan, kebijaksanaan dan cinta. Tetapi karena semuanya. Tak kan mampu kumenghitungnya.

Ibu, ku’kan selalu berdo’a semoga kau bahagia di surga sana. Ibu, kumohon restui anakmu, semoga tetap tabah dalam berjuang menempuh usia.

I luv U Mom, more more and …forever more


Bunda – Melly Goeslaw


Kubuka Album Biru
Penuh Debu dan Usang
ku Pandangi Semua Gambar Diri
Kecil Bersih Belum Ternoda

Pikirkupun Melayang
Dahulu Penuh Kasih
Teringat Semua Cerita Orang
Tentang Riwayatku

Reff Melly Goeslaw
Kata Mereka Diriku Slalu Dimanja
Kata Mereka Diriku Slalu Dtimang

Nada Nada Yang Indah
Slalu Terurai Darinya
Tangisan Nakal Dari Bibirku
Takkan Jadi Deritanya

Tangan Halus dan Suci

Tlah Mengangkat Diri Ini
Jiwa Raga dan Seluruh Hidup
Rela Dia Berikan

Back To Reff

Oh Bunda Ada dan Tiada
Dirimu Kan Slalu Ada Di Dalam Hatiku


Palangkaraya, 8 November 2009

Rabu, 04 November 2009

Malaikat pun Tertawa


Menghitung hari
Mengukur masa
Mengorek arti
Mencari makna

Untuk apa?

Kutanya bintang, tak berkata
Kuteriak pada bulan, dia pun diam saja
Kuteriak pada langit di atas sana
Malaikat pun hanya tertawa ha ha ha

Tiada jawabnya

Palangkaraya, 3 November 2009

Selasa, 03 November 2009

10227


Hari ini, 10227 hari yang lalu, Tuhan mengizinkanku terlahir ke bumi. Dengan penuh perjuangan dan pertaruhan nyawa, ibuku tercinta telah membuatku terlahir ke dunia fana. Keluar dari kegelapan rahim menuju keluasan dunia raya.

Hari ini, 10227 hari yang lalu, mataku mulai bisa melihat indahnya dunia. Birunya langit, hijaunya daun dan warna warni bunga. Dan yang terpenting, aku bisa melihat wajah ayah dan bunda. Ayah yang hanya bisa kudengar suaranya dari luar rahim bunda. Bunda yang merawatku sejak aku masih benih tak bernyawa. Bunda yang tak terlalu lama bisa kutatap wajahnya. Tuhan terlalu mencintainya, hingga Dia terlalu cepat dipanggil-Nya.

Hari ini, 10227 hari yang lalu aku terlahir sebagai manusia. Nyata. Ada. Bukan lagi setitik benih tak bernyawa. Tuhan telah memberikan nikmat hidup buatku. Itu adalah salah satu anugrah-Nya.

28 tahun sudah. 10227 hari lamanya ku hidup di dunia. Tak terhitung sudah berapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya. Tak terhitung pula berapa besar dosa dan alpaku pada-Nya. Tak terkira juga salah dan dosaku kepada manusia. Kuputar kembali cuplikan kisah-kisah lalu. Cinta, suka, duka, tangis, tawa, sedih, bahagia, rindu, dendam dan semuanya. Kucoba ingat kembali wajah-wajah yang pernah muncul di masa silam. Walaupun tak bisa kuingat semuanya karena keterbatasanku sebagai manusia. Wajah-wajah itu. Potret-potret itu. Adegan-adegan itu. Hidup adalah kumpulan peristiwa dan rangkaian keputusan. Yang selama 28 tahun telah membawaku ke saat ini. Titik ini. Tempat ini. Menjadi aku yang sekarang ini.

Kucoba renungi hidupku selama ini. seperti roller coaster yang naik dan turun. Terus berputar. Dan kalau kau tak siap, bisa membuatmu muntah, bahkan jatuh terpental. Tapi, walaupun seperti itu, itu memacu adrenalinku. “if my life just like roller coaster, I’ll choose to enjoy it. Instead of to makes it as a burden in my life”. Karena hidup itu indah. “life is too beautiful. Never take it too seriously. Just enjoy”

Tuhan, terimakasih atas semua yang telah Kau beri. Nikmat hidup. Nikmat iman. Nikmat Islam. Nikmat rezeki. Keluarga. Sahabat dan semuanya. Tak kan sanggup ku menghitungnya. Maafkan aku yang masih blm bisa menjadi hambamu yang terbaik. Maafkan aku yang masih punya banyak salah dan dosa. Tuhan, maafkan aku kalau kumasih sering mengeluh dan merajuk atas semua yang terjadi padaku. Padahal kutahu, itu semua adalah untuk kebaikanku. Masalah, musibah dan cobaan adalah hadiah Tuhan bagi hamba-Nya yang Ia percaya. Benarkah begitu Tuhan? Tuhan, kumohon ampuni aku. Bimbing aku selalu dalam jalan-Mu. Tuhan, bantu aku agar selalu berada di jalan-Mu. bantu aku agar menjadi hamba-Mu yang selalu bersyukur. Bantu aku agar masuk ke dalam golongan yang Engkau ridhoi.

Tuhan, hari ini kan ulang tahunku. Bolehkah aku meminta sesuatu pada-Mu? aku tahu, kau telah memberi banyak…sekali nikmat buatku. Tapi, bolehkan ku meminta satu hal lagi? Engkau Yang Maha Menguasai hati manusia. Engkau pasti tahu kan hal apa yang paling kuinginkan saat ini? Bukan kumerayu-Mu Tuhan. Aku hanya meminta. Kau bilang, manusia boleh banyak meminta pada-Mu kan? Kutahu Engkau pasti sudah tahu apa yang kumau. Jadi aku tak perlu bilang lagi kan? Ini jadi rahasia kita berdua saja ya Tuhan ^^

Waktu bergulir tak terasa. Seperti juga dosa manusia. Aku tahu, kubukanlah manusia yang sempurna. Bahkan masih sangat jauh dari sempurna. Aku tahu, bahwa dalam perjalananku hingga detik ini tak terhitung salah dan alpa yang kulakukan pada Tuhan dan juga manusia. Baik yang disengaja ataupun tidak. Aku hanya bisa bilang maaf atas semuanya. Untuk semua orang yang pernah hadir dalam hidupku, singkat ataupun lama. Aku mohon maaf atas segala salah dan alpa. Buat semua keluarga, teman, sahabat dan handai taulan, termasuk juga untuk orang yang menyebut diri mereka “musuhku” (semoga tdk ada), I just wanna say Thanks. Terimakasih atas semuanya. Terimakasih telah membuat hidupku jadi bermakna. Terimakasih telah membuat hariku jadi berwarna. Merah, hitam, putih dan semuanya. Terimakasih, karena kalianlah aku bisa menjadi aku seperti yang sekarang. Aku hidup, belajar dan berkembang dari kalian. Terimakasih. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya. For All, I luv you full


"Thank U"
By Alanis Morissete


how bout getting off these antibiotics
how bout stopping eating when I'm full up
how bout them transparent dangling carrots
how bout that ever elusive kudo

thank you india
thank you terror
thank you disillusionment
thank you frailty
thank you consequence
thank you thank you silence

how bout me not blaming you for everything
how bout me enjoying the moment for once
how bout how good it feels to finally forgive you
how bout grieving it all one at a time

thank you india
thank you terror
thank you disillusionment
thank you frailty
thank you consequence
thank you thank you silence

the moment I let go of it was the moment
I got more than I could handle
the moment I jumped off of it
was the moment I touched down

how bout no longer being masochistic
how bout remembering your divinity
how bout unabashedly bawling your eyes out
how bout not equating death with stopping

thank you india
thank you providence
thank you disillusionment
thank you nothingness
thank you clarity
thank you thank you silence

Palangkaraya, 2 November 2009

Rabu, 21 Oktober 2009

Perahu Retak Sang Gelombang


Di suatu masa di negeri antah berantah. Hiduplah beberapa orang pendekar sakti. Setiap pendekar memiliki jurus dan ilmu andalan masing-masing. Lima diantara yang paling ternama adalah pendekar hijau, pendekar biru, pendekar hitam, pendekar ungu dan pendekar putih. Ke lima pendekar bersaing dalam merebut mangsa dan kuasa. Juga dalam rangka merebut simpati para penguasa. Penguasa negeri merah, penguasa pulau hijau, penguasa kota biru dan penguasa wilayah bintang tiga warna.

Pertarungan demi pertarungan dilakukan untuk mencari sang pemenang. Belum ada yang berhasil tak terkalahkan. Dalam masa yang lama mereka bersaing. Dalam jangka yang panjang mereka berperang. Terus-terusan. Intrik, jurus dan ilmu perang semua dikerahkan. Spionase, pembajakan ajudan hingga sikut-sikutan. Atas nama harta dan kuasa.

Dalam persaingan yang ketat. Dalam pertempuran-pertempuran yang hebat. Pendekar biru dan pendekar hijau mulai bersiasat. Mereka berencana menggabungkan jurus dan ilmu mereka. Dengan satu harap “menjadi sang pemenang tiada bandingan”. Walaupun ditentang banyak orang. Walaupun tak disukai para pengikut mereka sendiri, kedua pendekar akhirnya melebur jadi satu. Perkawinan.

Sejak awal perkawinan sudah mulai banyak ketidakcocokan. Budaya yang berbeda. Nilai yang berbeda. Prinsip yang berbeda. Status yang berbeda. Kedua pendekar terus berupaya mendamaikan perbedaan di dalam diri mereka sendiri. Atas nama efisiensi, banyak ajudan terbaik dan pilihan yang terpaksa hengkang atau mundur sendiri. Ilmu dan jurus yang mereka miliki tak mudah melebur. Pun jua dengan budaya dan sifat mereka sendiri. Si biru yang sombong, arogan dan efisien bertabrakan dengan si hijau yang lebih familiar dan manusiawi. Mereka mendapat julukan baru “pendekar gelombang”. Yang menurut idenya adalah gabungan dari nilai2 yang dimiliki unsur-unsur pendiri gelombang – jurus biru dan jurus hijau-. Si biru berhasil menguasai kapal gelombang. Sementara pendekar hijau dan pengikutnya perlahan menghilang. Jurus-jurus baru. Nilai- nilai baru. Budaya baru. Peraturan baru yang semakin ketat dan mengawang. Pendekar gelombang adalah penjunjung nomor wahid ajaran etis. Kejujuran. Anti korupsi, anti kolusi. Idealisme gelombang ibarat sebuah mimpi utopia di tengah bumi yang kacau balau. Tabrakan nilai dan kepentingan pun dimulai.

Ketika pendekar gelombang dengan giatnya mengkampanyekan jurus-jurus etis, mereka kehilangan pamor di mata penguasa. Kenapa? Karena para penguasa tak terbiasa dengan ajaran etis yang diusung gelombang. Mereka menganggap gelombang terlalu keras dan mengada2. Karena pada dasarnya, para penguasa juga manusia, yang masih suka hal-hal durjana. Penguasa mulai ragu memberikan pekerjaan pada gelombang. Karena buat gelombang, lebih baik tdk mendapat kue daripada hrs tdk etis. Teorinya. Padahal diantara para pimpinan, abdi dan pengikutnya sendiri, kapal gelombang tidaklah seetis yang dikatakan.

Konflik internal. Etis yang utopis. Etika yang binasa. Peraturan yang membelit diri sendiri. Membuatnya tak bisa bergerak kemana-mana. Ditambah lagi seluruh negeri yang sudah teracuni virus korupsi dan kolusi. Gelombang terlalu keras terhadap diri sendiri. Gelombang mulai tak mampu memenuhi keinginan para penguasa negeri.

Gelombang mulai sakit, tak tahan terhadap tekanan. Juga adanya pertentangan internal dan issue perceraian. Perlahan, pekerjaan-pekerjaan yang biasa diberikan pada gelombang diambil alih para pesaingnya. Mulai dari penguasa negeri merah yang biasanya mempercayakan sebagian besar pekerjaan pada gelombang mulai melirik pendekar lainnya. Pendekar ungu. Pendekar hitam. Terjadi juga pada penguasa wilayah bintang tiga warna yang berpindah kepada pendekar ungu dan si kipas merah. Penguasa kota biru-sebuah negeri yang masih sangat baru- tak lagi mempercayakan seluruh pekerjaan kepada pendekar gelombang. Lagi-lagi direbut oleh pendekar hitam, ungu dan si kipas merah.

Tahun-tahun belakangan, nama si kipas merah semakin muncul ke permukaan. Berbagai misi telah dilakukan dan mengangkat namanya di rimba persilatan. Si kipas merah yang berasal dari negeri tirai bambu memiliki jurus andalan “harga dan gratisan”. Para penguasa pun tergiur. Si kipas merah merajai persaingan mengalahkan para pendekar lainnya, termasuk pendekar gelombang.

Perahu yang ditumpangi pendekar gelombang mulai retak. Oleng tertiup angin si kipas merah. Para pengikut setia yang kecewa banyak berpindah arah. Begitu juga dengan para oportunis. Ini bukan lagi masalah kesetiaan. Kekecewaan yang bertumpuk. Ketidakpuasan hingga atas nama kesempatan. Pendekar gelombang mulai tertiup badai. Masih tak tahu apakah akan bisa bertahan atau perlahan tenggelam ke dasar lautan. Kapal gelombang butuh suatu gebrakan dan jurus sakti untuk membawanya menang dari perang.

Dan kini, kuberdiri di sini. Di atas perahu gelombang yang mulai retak dan terancam karam. Tergoda angin yang terus berhembus dari sebrang lautan. Angin si kipas merah dan godaan pendekar saingan. Muncul beberapa pilihan “Bertahan dan menambal perahu retak gelombang atau tergoda dan mengikuti arah angin para saingan.” Aku memilih pilihan ketiga, yaitu bertahan sambil melihat perubahan cuaca dan arah angin. Bukan karena kesetiaan. Tetapi lebih karena keskeptisan. Angin bisa cepat berubah arah, melebihi dugaan. Juga karena aku letih terus menerus dipermainkan. Perang.

Ketidakpastian. Ketidakleluasaan. Karena pada saat yang sama, aku ingin mempersiapkan diri membangun kapalku sendiri. Tiada lagi tekanan, penuh kesempatan dan keleluasaan. Berjuang menggapai mimpiku sendiri. Aku ingin tak lagi peduli pada perang, baik pada gelombang maupun si kipas merah. Pertanyannya : “Apakah aku bisa?” Hanya waktu yang kan menjawabnya. Wish me luck. Semangat!!


Palangkaraya, 20 Oktober 2009

Selasa, 13 Oktober 2009

Bukan Mentari


Aku bukanlah mentari
Yang selalu siap terangi hari

Aku bukanlah bintang
Yang mampu membuat malammu terang

Aku bukanlah dewi
Yang bisa kau bangga dan pujai

Aku hanyalah aku
Yang belajar mencintaimu
Seperti apa adanya dirimu

Palangkaraya, 12 Oktober 2009

Minggu, 11 Oktober 2009

Pencari Bahagia


Kucari bahagia
Hingga ke dasar samudra
Hingga ke beku antartika
Dan gersangnya sahara
Tapi tetap tiada

Kucari bahagia
Kemana-mana
Hingga ke ujung dunia
Tapi tetaplah fana

Orang bilang, bahagia ada di dalam hati
Tetapi mengapa kutak bahagia kini
Saat kau tak lagi disini
Apakah hatiku telah kau bawa pergi?

Palangkaraya, 10 Oktober 2010

Sabtu, 10 Oktober 2009

Travellous By : Andrei Budiman


A Lost Bird
By: Rie


A bird
Dream
Freedom
Life and love

when I was a child,
I always dreamed of the bird
Free without any tie
Could fly high until the sky

After years,
I could fly so high
I could go so far
I could be so free

But now, i’m just like a lost bird
Can’t found navigation
Can’t found the direction

I’m a lost bird
Who tired to fly
Missed the earth
Missed the grass

I’m a bird who is searching for a place
Where I could stay forever


Itu adalah sepenggal catatan hati yang langsung muncul di diri ketika mendengar kata “perjalanan”. Sejak kecil, saya ingin sekali bisa berkelana ke banyak tempat. Bertemu orang-orang baru, melihat tempat-tempat baru dan mendapat banyak pengalaman baru. Saya sempat terobsesi untuk bisa keliling dunia. Tapi itu hanyalah sebuah cita-cita belaka. Yang bahkan sebelum sempat terlaksana sudah habis naluri petualangnya. Tergantikan rutinitas yang stagnan dan monoton. Kebosanan untuk terus hidup nomaden. Buat saya, sesuatu yang baru tidak harus berarti sesuatu yang jauh. Yang terpenting adalah bagaimana cara menikmatinya.
==

Mendengar kata perjalanan buat saya adalah bisa berarti banyak hal. Sebuah pencarian, pelarian sekaligus juga pelampiasan akan banyak hal. Makna hidup, jati diri, pelarian masalah, mimpi dan masih banyak lagi. Perjalanan untuk setiap orang pasti berbeda maknanya.

Membaca buku ini tidak hanya membaca sebuah catatan perjalanan. Tetapi juga sebuah kisah. Sebuah cerita yang penuh romantikanya. Sebuah catatan perjalanan, juga sebuah novel. Tak melulu seperti tour guide membosankan yang ada di brosur-brosur perjalanan. Karena di dalamnya terdapat hal-hal pribadi sang penulis. Ibarat membaca buku harian penulis. Tergambar jelas pikiran dan perasaan penulisnya. It’s so personal. Walaupun terkadang terkesan sangat subjektif dan ego centris. Wajar sih sebenernya karena ini adalah sebuah buku harian perjalanan, yang pastinya penuh sentuhan personal. Perasaan bribadi, pikiran pribadi, prasangka pribadi, dll. But, that’s not a problem. So what gitu loch? Yang terpenting jalan ceritanya masih bisa dinikmati.

Membaca buku ini, membuatku teringat akan mimpiku sendiri. Sebuah mimpi pasti dimiliki oleh hampir semua orang. Yang tdk dimiliki oleh semua orang adalah tekad dan keberanian untuk meraih mimpi. Saya salut sekaligus iri dengan Andrei yang punya keberanian (baca : kenekatan) luar biasa untuk mewujudkan mimpinya.

Walaupun terdapat beberapa kekurangan di sana-sini. Mulai dari penulisan dan tanda baca yang agak mengganggu serta foto yang kurang banyak (plus tdk berwarna). Padahal sebuah buku travelling umumnya dihiasi foto-foto menarik. Untuk menarik perhatian biasanya. Secara keseluruhan buku ini cukup layak lah untuk dibaca.

@ Andrei : Saya tunggu perjalanan selanjutnya. Negeri bunga Sakura? atau keliling Indonesia? masih penasaran dengan akhir kisahnya ^^

Nb: Buat penghuni radal, thx atas pinjeman bukunya. Jangan pernah lelah dan bosan meminjami buku kepadaku =D

Jumat, 02 Oktober 2009

Life and Love


Akhir pekan kali ini benar-benar jadi hari bermalasan sedunia. Setelah menyelesaikan rutinitas akhir pekan yaitu bersih-bersih rumah, aku mencoba jalan-jalan ke satu-satunya mall di kota ini. Untuk membuang suntuk rencananya. Tapi jangan bayangkan mall di sini seperti di kota besar apalagi Jakarta. Ini bukanlah kota kecil. Tetapi sebuah desa besar, yang baru mulai menjadi kota. Awal September lalu dibukalah bioskop 21 pertama di kota Palangkaraya. Yihaa.. akhirnya.. welcome to peradaban. He3x.

Bosan dengan suasana mall yang biasa saja. Mungkin karena terbiasa dgn mall-mall di Jakarta yang banyak, beragam dan ruarr..biasa banyak dan besarnya, saya merasa ini tak ubahnya sebuah minimarket besar. Maaf saja, bukan bermaksud menghina. Tetapi ini realitanya. Inilah bukti betapa tidak berimbang dan meratanya pembangunan kita. Jiah..tiba-tiba kumat lagi dech seriusnya. Maklum, sebagai orang yg pernah kuliah di jurusan ekonomi studi pembangunan, kerjaan kami adalah menganalisa dan mengkritisi (baca: mencela) kebijakan-kebijakan pemerintah. Mau di tataran makro? mikro? atau sekedar teoritis saja? Hajar sajalah. Jadi teringat, saat kuliah dulu, Entah berapa banyak jam kuliah kulewatkan. Entah berapa banyak absenku dititipkan ke teman. Demi satu tujuan : agar tetap diijinkan ikut ujian. Buat ukuran saya yang datang ke kampus hanya kalau sedang ujian saja, sampai-sampai ada teman yang menyangka saya sudah DO karena jarang nongol di jam kuliah , saya masih bisa dapat IPK di atas tiga. Not too bad lah. Buat semua teman yang pernah membantu dan bersedia “dititipkan” absen serta meminjamkan catatan, I just wanna say :”Tq so much ya. Luv u all”. Karena kalianlah saya boleh ikut ujian dan akhirnya lulus dari kampus hijau tercinta. He3x =D

Back to masa kini. Sepulang dari mall, saya kembali ke tempat persembunyian. Apa lagi kalau bukan rumah kontrakanku yang mini. Kembali bermalasan. Makan, ngenet, tidur, baca buku-buku ringan, makan lagi trs apa lagi ya? Oh iya, tadi sudah janji mau menelpon seorang sahabat yang lagi dilanda problema cinta. Sesi share n curhat ceritanya. Sahabat saya itu, katakanlah namanya D, sedang dilanda jatuh cinta dengan seseorang di kantornya. Ini adalah sebuah hal yang cukup mengejutkan buat saya. Saya mengenal dia sejak kami masuk kuliah. Walaupun awalnya kami sering sekali bersitegang dan berbeda pendapat, bahkan kalau boleh dikatakan bermusuhan, seperti anjing dan kucing. Entah kenapa, nasib dan waktu malah membuat kami jadi sahabat dekat. Bahkan saat ini dia adalah sahabat terdekat yang kumiliki. Terkadang suka tertawa sendiri kalau ingat bagaimana kami dulu berdebat dan bertengkar. Sampai-sampai keluar kata-kata yang –maaf- agak berlebihan. Ha ha ha =D Memang ya, kita tak kan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa jadi orang yang saat ini kau benci, akan kau cintai nanti. Dan sebaliknya bisa jadi, orang yang kau cintai setengah mati saat ini akan kau benci mati juga nanti. We never know what will happen at the future. That’ s right? So sederhana aja. Jangan berlebihan. Jadi ingat nasihat seorang kawan “Jalani segala sesuatunya dengan sederhana. Termasuk dalam hal mencintai”. So wise.

Kembali ke problema sahabat saya tadi. Setelah cerita panjang lebar, kami sampai pada satu kesimpulan. Kalau ternyata kami sedang terjangkit “penyakit yang sama”. Sesuatu yang cukup luar biasa. Karena kami sama-sama tahu seperti apa pribadi kami berdua. Banyak sekali kesamaan di antara kami, apa karena kami terlahir di bawah naungan rasi bintang yang sama? What everlah. Membaca jalan pikirannya, hampir sama dengan jalan pikiranku sendiri (walaupun tdk sama persis). Bahkan, kalau kami sama2 iseng test2 di FB, hasilnya 70% selalu sama. Kami adalah teman sehati, baik dalam berbuat kebaikan maupun kejahatan (dan maksiat juga pastinya ^^ ). Makanya, saat D bercerita kalau dia sedang jatuh cinta, agak kaget juga mendengarnya. Sepanjang saya kenal dia, memang D pernah beberapa “suka” dengan pria. Tetapi tidak pernah seserius ini. sahabatku itu sampai berpikir untuk menikah. Dia yang kukenal PD, smart, ceria, ramai, easy going dan punya banyak impian –sama seperti saya- bisa berubah banyak. Amazing sekali rasanya. Apakah cinta yang telah membuatnya berubah? Sehebat itukah?


Tiba-tiba kilatan episode dan memori muncul lagi. Rasa itu tumbuh lagi. Aku tercenung. Apakah itu sama dgn yang saat ini juga kurasa? Apakah itu juga cinta? Apakah itu nyata? Ataukah itu hanya sebuah cinta sesaat bahkan sebuah pelarian belaka? Pertanyaan-pertanyaan muncul silih berganti. Hatiku berkecamuk. Emosiku jungkir balik. I just meet him. I still don’t know his good side nor his bad side. I just know him. But, strangely, I thought that is enough. Even I’m not sure whether this is real or not. I try not to think too far. Just enjoy. Oh No, damn shit.

Otakku memaki saat menyadari bahwa saya juga “terjangkit” virus yang sama. Walaupun mungkin dengan kadar yang berbeda. Untuk yang terakhir ini, just heaven knows.


Kalau bicara soal cinta, ga ada matinya. Semua orang pasti pernah jatuh cinta, baik disadari ataupun tidak. Seorang teman pernah bilang kalau ”perasaan suka, cinta, sayang, benci adalah fitrah manusia. Jadi nikmati aja”. Bener juga sih. Nikmati saja, selama belum dilarang dan masih bebas pajak. Karena kalau sudah dilarang namanya jadi cinta terlarang dunk *tiba-tiba sayup-sayup terdengar lagu cinta terlarang dari The Virgin*.

Kembali ke alam nyata, kesadaranku tersentak ketika mendengar nyayian di dalam perut. OMG, masa jam segini udah lapar lagi. Cacing-cacing piaraanku memang luar biasa. Apalagi kalau sedang banyak pikiran begini (personal n kerjaan sih) pasti mereka cepat sekali bernyanyi. Akhirnya kulangkahkan kakiku ke arah dapur dan memasak mie rebus. Maklumlah, sebagai orang yang hidup sendiri di kota kecil begini, mie instan adalah makanan paling praktis, cepat dan mudah di dapat. Apalagi untuk kondisi gawat darurat begini.

Menikmati semangkuk mie rebus pedas dan hangat cukup membuat cacingku berhenti bernyayi. Kubuka laptopku, mulai browsing sana sini. Buka sana buka sini. Pikiranku melayang lagi. Ribuan pertanyaan datang dan pergi. Tumpukan rasa penasaran, ego dan perasaan menjadi tumpang tindih. Otakku bilang” mundur perlahan daripada tersakiti. Hatiku bilang “sabar sebentar bu, dia pasti kan datang lagi”. Egoku bilang ”maju terus pantang mundur. Kalaupun tetap gagal, anggap saja dia yang rugi. heuh”. Entahlah, kutak tahu mana yang akan kuikuti. Aku lelah dengan semua ketidakjelasan. Aku letih kalau harus terus menanti. Otakku teriak, egoku berontak. Aku adalah orang yang benci kekalahan. Tetapi aku juga sadar akan satu hal ‘kalau mencintai itu tak harus memiliki. Kalau berani jatuh cinta harus berani patah hati. Lagipula patah hati ga akan membuat orang mati.” Yang kubenci adalah sebuah penantian tak pasti. Ibarat bermain roller coaster yang terombang ambing tak pasti. Kadang naik kadang turun. At one time you grow all the flower in my heart. But not long time after that. You makes it all die. Just one word. I just need one word. Yes, or not. If yes, we could let it grow and flow. But if not, I could move on fast. Gampang kan? Pls tell me the truth. Betcha Neva.

Hah. CINTA. Rangkaian lima huruf yang ajaib. Sebuah kata yang bisa membuat orang bahagia, tertawa. Dan pada saat yang sama bisa membuat orang menderita, sakit, merana hingga berani berkorban apa saja. Cinta menjadi alasan orang untuk berjuang memetik bintang di angkasa. Cintalah yang membuat romeo dan Juliet nekad bertaruh nyawa. Begitu pula yang terjadi dengan Majnun dan Laila. Cinta pulalah yang memicu perang besar di Troya. Cinta juga yang membuat Cleopatra jadi ternama. Hah..cinta. aku menarik nafas panjang. Tercenung, termenung. aku baru menyadari kalau akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang yang di sekitarku yang terjangkit “virus” satu ini. Saat liburan di Jakarta kemarin, aku berkumpul dengan beberapa teman di “penhouse” radal yang ternama. Dan auranya adalah pinky pinky. Lagi-lagi cinta. Cinta. Lagi-lagi. Oh My God.

Sore tadi, selepas sholat magrib kulanjutkan sesi konsultasi tadi siang, still with same topic. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman pribadi beberapa kawan, cinta itu banyak macamnya. Jangan katakan Cinta pada Tuhan, cinta orang tua, cinta kemanusiaan, cinta tanah air dan segala macam cinta “baku” lainnya. Semua orang juga tahu. kalau kita harus punya cinta-cinta semacam itu. What I mean is, cinta –perasaan- di antara sesama manusia, tepatnya di antara dua orang manusia, yang umumnya berbeda jenis kelamin.

Let’s we share. Sebenernya apa sih cinta itu? ada yang bilang “cinta itu adalah sebuah pengorbanan”. Ada yang bilang “ love is time to take and give”. Ada yang bilang cinta itu emosi sesaat yang tak rasional, buta. Ada yang bilang cinta itu adalah bahasa halus dari nafsu. Love is chemistry between two people. Cinta adalah sejauh mana kita bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Etc..etc terlalu banyak filosof, teori, karya sastra dan tulisan yang bertemakan cinta. Saya sendiripun juga masih bingung kalau ditanya “apa sih cinta itu? I can’t answer that question. Not because I don’t know it. But because I don’t know how to explain it. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sesuatu yang datang tiba-tiba. I know I love you before I meet you. Terkadang lembut bagi seseorang dan berkobar menyala bagi orang lain. Cinta bisa berwujud sesuatu yang lembut, dan tanpa pamrih. Juga bisa menjadi api yang menyala di seluruh jiwa raga. Sesuatu yang bisa membuat segala sesuatunya terasa indah. Sesuatu yang bisa menaklukan ego dan kesombongan. Sesuatu yang bisa merubah jalan hidup, pikiran dan mimpi seseorang. Cinta bisa membuat seorang playboy Casanova menjadi seorang ayah yang pencinta anak-anaknya. Cinta bisa membuat seorang wanita yang selama ini bebas, lepas, mandiri dan tak pernah terpikir akan keluarga merubah mimpinya. Cinta bisa membuat wanita paling feminis yang pernah kukenal tiba-tiba merancang acara pernikahannya. Yah..cinta itu beragam dan bermacam. Dimaknai dan ditanggapi dengan berbeda oleh setiap orang. It’s unspeakable. Cinta tak perlu logika. Cukup dinikmati saja. Karena ini menyangkut hati, sesederhana itu, sekaligus juga sekompleks itu.

Ada seorang sahabat yang pernah menulis begini ‘kan kugantungkan cinta ini di atas sana, agar kau tahu kalau rasa ini ada karena-Nya”. it’s so sweet. So deep. I really like that statement. Memang Dialah yang Maha membolak balik hati manusia. Dialah Sang Penguasa hati manusia. Dialah yang telah membuatku memiliki rasa ini. Dia juga yang telah membuat temanku jatuh cinta. Dia Sang Maha Segala. Pertanyaanya adalah untuk apa? Yah, kalau perasaan itu timbul di dua sisi. Kalau tidak? Bertepuk sebelah tangan dunk. Bukankah itu akan menimbulkan kecewa dan sakit hati? Kadang kubertanya, kenapa cupid tak selalu mengarahkan panah asmaranya ke dua sisi pada saat yang sama? Only Heaven knows. Maybe that’s to make us learn. To make us be better. To make us stronger. Karena hidup seseorang tak kan sempurna sebelum ia mengenal cinta. Kalau Mahatma Gandhi Bilang “There is Life, There is Love”. What ever lah. Yang penting nikmati saja selagi bisa. Life is too beautiful. Never take it too seriously. Take it easy, enjoy.

***
More Than Words – The Extreme

Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel
More than words is all you have to do to make it real
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words
Now I've tried to talk to you and make you understand
All you have to do is close your eyes
And just reach out your hands and touch me
Hold me close don't ever let me go
More than words is all I ever needed you to show
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words


Dedicated to My special Best Friend “D” and for all the people whose fall in love
Enjoy it honey. I always believe that “God will give the best to us”. Everything happen must have any meaning. Okeh darling ;-)

Palangkaraya, 1 Oktober 2009

Sabtu, 26 September 2009

Happy Birthday Pa. For You, A Thousands Times More


Sudah seminggu aku berlibur di sini. Rumahku. Keluargaku yang ramai dan tak pernah sepi. Kotaku yang tak pernah mati serta teman2 yang membuatku tak bosan hidup dan tak ingin cepat mati. Energy kehidupanku yang hampir kosong kembali terisi lagi. All, I luv u full.

Sekembalinya ke sini, aku baru menyadari kalau hidup selalu berjalan. Menghitung hari tak terkendali. Banyak perubahan di sana-sini. Selain wajah Jakarta yang tak pernah berhenti “dioperasi” di sana sini. Serta semakin banyak borok dan cacat yang belum juga dibenahi. Seperti apapun, this is still my home, my city, my family. Tempat aku akan kembali.

Semua hal di dunia pasti berubah. Seperti orang bijak bilang, bahwa “Tak ada sesuatupun yang tidak berubah di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri”. Perubahan mau tak mau pasti terjadi.

Lama tak tinggal di rumah, segalanya terasa sangat berbeda. Begitupun ketika aku melihat ayah. Padahal, baru sebulan yang lalu aku pulang ke rumah, walaupun hanya sementara. Tetapi kenapa sekarang terlihat begitu berbeda. Ayah terlihat begitu lemah, rapuh, tak berdaya. Semangat dan jiwa mudanya habis digerogoti usia. Rambutnya mulai terlihat berubah warna, memutih semua. Aku baru sadar, kalau ayahku sudah sedemikian tua. Hari ini, genap sudah 69 tahun usianya. Tanpa sadar, mataku berkaca-kaca. Tiba-tiba rasa takut itu datang menyapa. Tiba-tiba paranoid itu mulai melanda. Aku takut kalau tiba-tiba Tuhan mengirim malaikat untuk mengambilnya. Aku takut, kalau saat itu tiba, aku belum menjadi apa-apa. Aku takut, kalau waktunya tiba aku masih belum bisa membuatnya bahagia. Aku takut kalau aku telah banyak berbuat salah dan dosa padanya dan belum sempat meminta maafnya. Aku takut. Takut.
Happy Bday Pa. Terimakasih atas semuanya. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya. I luv You Pa. For You, A Thousands Times More.

Maafkan anakmu yang belum bisa menjadi seperti yang kau mau.

Jakarta, 25 September 2009

Kamis, 24 September 2009

Political Correct Bedtime Stories – Dongeng, Hegemoni Lelaki dan Barbie By : James Finn Garner


"Once upon a time, there is life …………………bla bla bla.............
and they are live together. happy. ever after. forever."


Sebuah pakem standar dari dongeng pengantar tidur. Sebuah dongeng yang pernah membawa fantasiku - dan juga hampir seluruh anak perempuan di dunia - terbang ke sebuah negeri antah berantah. Menjadi seorang perempuan muda yang baik hati, ramah tamah, suka menabung dan tidak suka membuang sampah sembarangan. Yang karena kebaikannya (plus kecantikan fisiknya) akhirnya dijemput seorang pangeran tampan berkuda putih, dan mereka hidup bahagia selamanya.

Tetapi siapa yang menyangka, ternyata di balik kisah-kisah dongeng tersebut ada banyak hal lain yang "tersembunyi". Tidak hanya sekedar hitam vs putih. Juga tak sekedar kebaikan yang akan menang melawan kejahatan. Dalam buku ini, Garner mengangkat issue tentang gender, budaya patriarki, sexist, classist dan juga. Barbie.

Baru sadar, kalau memang banyak sekali unsur sexist dan gender di sini. Budaya patriarki dan laki-laki yang mendominasi. Kaum perempuan seringkali hanya dijadikan sebagai sebuah objek dan bukanlah subyek. Penilaian terhadap seorang perempuan lebih banyak didasarkan kepada apa yang diharapkan para pria tentang wanita. Dan contohnya adalah Barbie. Barbie yang sempurna secara fisik adalah prototype dari fantasi pria tentang wanita secara fisik. Barbie dijadikan gambaran ideal tentang fisik seorang perempuan. Barbie adalah symbol penjajahan kaum adam terhadap kaum hawa secara fisik. Anehnya, Barbie pulalah salah satu hal yang bisa membuat jutaan kaum wanita rela melakukan diet ketat yang menyiksa, perawatan kecantikan dan salon yang juga tak kalah menyiksa (baik secara fisik maupun finasial) serta banyak lagi hal gila yang sanggup dilakukan kaum hawa hanya atas nama “kesempurnaan fisik”. Mulai dari operasi plastik, sedot lemak, botox, catox, brontox hingga menderita anoreksia, bulimia, anemia, insomnia, dan masih banyak “mia-mia” lainnya. Susahnya jadi wanita.

Ups, bahkan kata “wanita” pun juga kata yang bias gender. Wanita yang diambil dari kata “wani” dan “tata”. Orang yang ditata. Perhiasan. Damn, apakah hanya itu arti kaum hawa? Sekedar makhluk tanpa otak, tanpa kepribadian yang hanya didandani dan dijadikan perhiasan bagi kaum lelaki? Harga diriku berontak. Aku tak kan pernah lagi mau menggunakan kata wanita (kecuali terpaksa…sekali). Kata “perEmpuan” terdengar jauh lebih bermartabat. Karena “perEmpuan” diambil dari kata “Empu”., yang memiliki. Pemilik. Orang yang dihormati. Satu point inilah yang membuatku tertarik dgn buku ini. Karena dalam seluruh penulisannya, Garner selalu menggunakan kata “perEmpuan” (dengan huruf E besar). Untuk mengingatkan arti penting kaum hawa yang sebenarnya.

Barbie oh Barbie. Hatiku mendua. Satu sisi, aku ingin melawan dominasi tak berdasar kaum laki-laki atas diri kaumku. “perEmpuan” adalah manusia bebas yang bebas menentukan nasibnya sendiri. Merdeka dari dominasi. Merdeka dari “keharusan2” yang ditimbulkan budaya patriarki. Merdeka atas hak reproduksi dan kesetaraannya sendiri. Termasuk juga merdeka dari keharusan berbadan ramping, tinggi, kurus dan berbodi seksi seperti Barbie.

Akan tetapi, di lain sisi, aku belum bisa membuang Barbie. Aku masih belum mampu membuang, melelang atau bahkan menghibahkan puluhan koleksi barbieku yang berjejalan di lemari. I still luv Barbie. Ironis. Ternyata, aku belum merdeka dari Barbie.

Kamis, 10 September 2009

Di Ujung Waktu


Di ujung waktu, kutunggu dirimu
Dengan sabar tanpa ragu

Di ujung pintu, kutatap selalu
Berharap tiba-tiba kau muncul disitu

Di tempat itu, selalu muncul bayangmu
Menghantui setiap langkah hidupku

Di ujung rindu, kudoakan selalu
Semoga kau bahagia selalu

Tempatmu, tersimpan bersama Tuhanku
Tempatku, masih di duniaku.

Disini,
Kau kutunggu
Belahan jiwaku


Palangkaraya, 9 September 2009

Kamis, 03 September 2009

Ramadhan Kali Ini


Ramadhan kali ini, ku jalani dengan berbeda. Tak sama dengan tahun – tahun sebelumnya, ramadhan kali ini kujalani dalam sepi. “terlempar” ke sebuah negeri asing yang sama sekali baru buatku. Sebuah kota yang nyaris mati tanpa ada gejolak dan keramaian berarti. Ditambah lagi, sepi dan sendiri yang menyesakkan hati.

Makan sahur kujalani sendiri di rumah kontrakanku yang mini. Segelas susu, terkadang dengan sereal plus ditemani acara televisi. Itulah menu sahurku sehari-hari. Kubuka puasaku juga hampir setiap hari dengan sendiri, masih di rumahku ini. Ketika kebosanan makan sendiri sudah memuakkan diri, aku pergi keluar ditemani beberapa kawan baru disini. Duniaku serasa mati. Tak berarti. Aku seperti terkungkung dalam duniaku sendiri. Apakah ini berarti kalau “autisme” itu semakin memuncul di diri?


Terkadang, aku menjadi ingin menangis sendiri. Aku merindukan keceriaan dan rumahku yang ramai. Suara tawa, tangis dan bahkan pertengkaran kecil di tengah keluarga kami. Aku yang terlahir di sebuah keluarga besar, di sebuah kota besar, tak terlalu terbiasa makan sendiri. Walaupun orang sering sekali bilang kalau aku adalah orang yang mandiri. Yups, I’m independent woman. Aku tak pernah mau bergantung kepada orang lain. But still, I’m human. Aku rindu kehangatan dan keramaian keluarga dan teman-teman. Aku bosan terus menerus terbang tanpa henti. Aku seperti burung yang sudah bosan terbang dan merindukan bumi. I really miss u, my friends, my family, my city.

Tetapi di tengah semua ini, aku menemukan hal baru yang sangat berarti. Kekhusukan ibadah di bulan. suci. Kuteringat saat aku menjalani bulan suci di Jakarta. Hampir setiap hari aku selalu pergi. Jalan ke sana-kemari. Berkedok acara buka puasa bersama di sana-sini. Magribku kulewatkan di keramaian ataupun di jalan raya tertelan macet ibukota ini. Sesampai nya di rumah, hampir aku tak lagi punya energy. Tak terhitung banyaknya kulewatkan malam-malam khusus yang seharusnya untuk bertarawih ataupun mengaji. Aku memang berpuasa, tetapi sering tanpa arti. Kulewatkan bulan suci tanpa ada perubahan berarti. Berpuasa hanya menjadi sekedar ibadah tanpa arti. Tarawihku adalah serangan macet jalan raya ataupun acara televisi. Tahajudku adalah tertidur pulas di malam hari. Tadarusku adalah bergunjing atau berbicara tanpa arti. Siangku kuhabiskan dengan mengejar materi tanpa henti.

Di sini, di tengah kesendirian ini, aku menjadi lebih menghargai banyak hal. Keluarga, teman-teman dan bulan ramadhan yang suci. Memang betul apa kata orang, kita akan lebih menghargai sesuatu ketika mereka tiada lagi. Aku masih beruntung, aku menghargai arti semua ini, ketika mereka masih ada. Ketika aku masih punya kesempatan untuk merubah diri. Entah karena tak ada alternative lagi untuk dikerjakan. Entah karena tiada teman untuk di ajak berbagi. Entah karena kesadaran yang tiba-tiba muncul di diri. Apapun alasannya, aku belajar mendekati-Nya. Aku tahu, Dia tak pernah melupakanku. Dia yang tak pernah mati, tak pernah pergi dariku. Aku yang mulai melupakan-Nya. Aku yang terjebak cinta dunia dan kilau materi. Aku memang bekerja untuk dunia seakan aku akan hidup selamanya. Tetapi aku lupa, aku juga harus mengejar akhirat, seakan aku akan segera pergi dari dunia ini

Aku tak mau mengatakan kalau aku sudah bisa menjalani bulan suci ini dengan sempurna. Aku tak berani bilang kalau Ramadhanku kali ini lebih baik dari sebelumnya. Aku hanya bisa menikmatinya sendiri. Dalam hati. Tuhan, terimakasih Kau telah berikan aku kesempatan ini. Terimakasih atas semua yang telah kau beri. Jangan kau biarkan aku melewatkan lagi kesempatan yang telah Kau beri. Berikan aku kesempatan lagi untuk bertemu dengan Ramadhan-Mu. Berikan aku kesempatan untuk lebih mengenal dan dekat pada-Mu. Karena aku tahu, selangkah kudekat pada-Mu, seribu langkah Kau dekat padaku.

Ramadhan kali ini, hanya tinggal menghitung lagi. Semoga Ramadhan kali ini membuatku menjadi hamba-Mu yang lebih baik lagi. Ramadhanku, kan kutunggu kedatanganmu lagi. Insya Allah, jika Allah berkehendak.

Palangkaraya, 2 Sepember 2009

Sabtu, 29 Agustus 2009

Self Conversation


Zzzz…hhhh
Sshhhhhhhhhing

Alone. Feel lonely. Do nothing
Dark. Quiet. Looked stagnant. Monotone.
Shitt. I really miss the crowded
I really miss the light and human life
I really miss a lively life.
I want to break free
I love my life

When we knew how the life is. We will fear with the death. Life, what ever it’ll be. Sweet, tear, laugh, cry, hurt, fearness, sadness, bad and good. It still better than feel nothing. Busy, tired, hectic, crowded. It still better than do nothing. Sometimes, one side of me want to runaway. I want to fly far away. I want to break free. But, the other side of me said “ Hi you. Why you always said gloomy things. Why you looked so pathetic. Why you not just accept everything and thanks to God who gave you this”. No. that’s not the point. I already realized that everything happen must have some meaning to me. Even now, I still not realized that.

Everything happen is to makes me stronger. to makes me more patient. To makes me better than before. But that’s not the point. I just want to be my self. I just feel this is not me. Not my self.

If you feel lonely, you just need to be closer to the God. Because “hi” always be with you. watched you. protect you. you just need to talked to “Hers” everything in your mind. You just asked “Hers” everything that you wish. You just need to one step closer. And “Hi” will closer to you a thousands times more.

If you want to be free. you just need to free yourself from fear. You just need to be nothing to lose. No need to fear with everything. No need to feel like prisoners. Because sometimes, a human being could be prisoners from they own self. You just fear from something not rill. Fear from losing something. Fear from something never existed. Fear from nothing. You just need to free from your own negative mind. From the past that haunted you. from your angry. From revenge. From selfishness. From your own ego, ambition and obsession. Learn to forgive and learn to forget. Set you free from your self.

If you loved your life so much. You just need to life with your own way. What ever people said. Whatever word already said. There’s nothing than your own self. Just let your heart lead you. if you love your life, don’t bring trouble to your own life. You just need to loves your own self before you asked people to loves you. You are beautiful in every single way. So you just need to showed them how beauty you are. Just life without any regret.

If you want to fly. Never let everything locked you. never let people cut your wings. Even it already happen, you must believe, even your wings was broken. You still could flying without wings. makes them know who you are. Your quality. Your light. Your live. Your life. Makes your potential to be showed up. So you could fly far away. You could go where ever you want.

Uargh.. I’m sick with all that theory. That’s just a philosophy. That’s just mambo jamboo. It’s enough with all that hypotethic. It’s enough with all the wisdom word. “Hey, me. Tell me what the wisdom is? I said to my self. Is the wisdom really existed in this cruel world? What I must believe? What I must relieved? I’m not sophie who have much wisdom. And I’m not trying to be sophie. I’m not an angel who never do wrong. I’m just human. An ordinary human. Who could do something wrong. Who could makes something worse. Who could felt frustrated, depressed, angry, sadness, revenge, tired and everything.

Yeah. Of course you are just human– not an angel nor demon-. Since you are just human, just enjoy your life as human. Enjoy every single part of you. of yourself. Of everything happen to you. just enjoy it. Of course you could makes some mistakes. But you could repair it and makes everything better. Learn to life. It’s about learn to enjoy your own life. Include how to struggle with any obstacle that waiting for you. Since you are human. Just life as human.

Xifu wiprghh;…

Unspeakable words. This conversation looks like a never ending conversation. It will appear continue. Again and again. As long as I’m life. As long as I still be human.

Palangkaraya, August 28th 2009

Selasa, 25 Agustus 2009

What a friend is


i like weekend. since i could doing nothing, just stay at my room all day. i just sleep, read, chatt and watch dvd all day. A lazzy day. But, in a day like this i feel loneliness. life outside my hometown and being a part from everything and everyones you likes could drive me crazy sometimes. a little bit lonely, being bored and homesick. this is not the first time i lived far from my family. my job made me worked anywhere in indonesia for a long time. maybe it looks interesting for others people. since we could see a new place, new people, new thing that you never see before. i thought like that too at first. but after years, it makes me sick. 

always move from one place to the others. always meet new people, but no longer after that we are being a part. makes new friends, but after the times you move on. we couldn't meet again and your relationship and friendship being over. i knew so many people. but i knew nothing about them. i mean nothing for them. just a short term relationship. a short friendship. it's the consequences of my job? i don't know exactly.
 
I'm wondering what a friend is. being together just because our job need it? just because we live in same place? just because we have same interest? or just because you don't want to be lonely? or because so many aspect.
i ever had someone who i used to called "close friend". i thought about her just like my family, my sister. i told her what i feel, what i think and even my secret, my fear. i think we are close enough. But after several years, we are being a part. we can't meet each others frequently just like before. And you know what happen? now we just like stranger. even at her marriages, she not invite me, even just by a single sms. eventhought she invited my others friends. Even, she not reply my sms when i congratulate her. and she not pick up my phone. it little bit uncomfortable. i felt just like i was being abandon. being betrayed. It's hurt to be abandoned and forgotten by someone who you always called "friend". a little bit lonely. Really dissapointed.
 
and for the other case, i was falling in love with one of my friend. even we are never see each other for a long time. i just felt comfort when i spoke with him. i just felt different when i remembered about him. but after the times, i was being rejected by him. hahaha. But that's ok. i still could laugh and life happily. That's not the point. The point is being rejected by a man who you love not as hurt as being abandoned and forgotten by someone who you called friend.

i'm wondering what a friend is. what's meaning of friendship. everything being abstract in my mind. i'm wondering whether i really have true friend or not. I couldn't asked others. i couldn't asked "the dancing grass" (just like in Ebiet G Ade Song). Times will give me the answer. Everything i need is just life the way i am. life must go on. Through the sickness, hurt, happiness, sadness and everything. eventhough i stll have one hope. that sometimes, i could find someone who i could believed and share with for the rest of my life. it could be called 'a true friend, love or soul mate