Ramalan zodiak, shio dan horoskop mengatakan kalau nasib dan sifat orang ditentukan dari tanggal dan bulan kelahiran. Itu berarti orang yang lahir pada tanggal dan bulan yang sama, bahkan tahun yang juga sama akan memiliki nasib dan sifat yang sama.
Ramalan hanya tinggal ramalan. Yang tidak bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Buktinya, Siska, Indah, Rosi dan Novera - empat orang saudara kembar yang pastinya lahir di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama tumbuh dan besar dengan sifat, gaya, nasib dan jalan hidup serta masalah yang berbeda. Pengusaha sukses, wartawan plus penulis novel, petani bunga dan guru TK. Siska yang smart, Indah yang kaku tapi dapat diandalkan, Rosi yang selalu ceria dan seenaknya dan Novera yang lembut tapi keras kepala. Setelah beberapa lama terpencar di empat arah mata angin, Singapura, Jakarta, Puncak Cisarua dan Yogyakarta. Mereka berempat terpaksa harus kembali ke Jakarta karena ayah mereka yang sudah tua menderita stroke. Ini adalah sebuah kisah tentang sebuah keluarga. Ketika ego dan kehidupan pribadi ditubrukan dengan sesuatu yang namanya keluarga.
Ketika membaca kisah ini membuatku ingat pada keluargaku sendiri. Walaupun kami tidak bersaudara kembar, tetapi terkadang justru perasaan memiliki itu ada ketika kita tercerai berai. Ternyata darah itu memang lebih kental daripada air. Bagaimanapun keadaan kita, seperti apapun kita. Dan apapun yang terjadi pada kita, keluarga selalu jadi pihak yang selalu menerima kita apa adanya. Sejatinya kita. Keluarga akan jadi tempat kita kembali. Kalau pepatah bilang, setinggi tingginya bangau terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Seperti juga buatku, kemanapun aku pergi, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang atau bahkan London sekalipun. Aku tetap punya tempat untuk kembali. Wualah..kok malah jadi curhat gini sih...i miss Jakarta, I miss My family, i miss my friends..Kapan gw kembali ke Jakarta?? hiks3x *berlebihan*
Membaca kisah ini membuatku terharu hingga meneteskan air mata, juga sekaligus tertawa di bagian yang lain. Segar tapi juga menyentuh. Tak hanya itu kisah ini kritis. Dengan latar belakang keluarga keturunan Cina, Dimsum Terakhir banyak menceritakan bagaimana nasib dan perlakuan terhadap para warga keturunan Cina di era Orde Baru. Kritis, tanpa bermaksud menghakimi. Mengalir apa adanya. Saya sudah membaca hampir semua novel karya Clara Ng, dan hingga kini menurutku novel ini (dan Unreality Show) termasuk salah satu karya terbaiknya.
Ramalan hanya tinggal ramalan. Yang tidak bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Buktinya, Siska, Indah, Rosi dan Novera - empat orang saudara kembar yang pastinya lahir di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama tumbuh dan besar dengan sifat, gaya, nasib dan jalan hidup serta masalah yang berbeda. Pengusaha sukses, wartawan plus penulis novel, petani bunga dan guru TK. Siska yang smart, Indah yang kaku tapi dapat diandalkan, Rosi yang selalu ceria dan seenaknya dan Novera yang lembut tapi keras kepala. Setelah beberapa lama terpencar di empat arah mata angin, Singapura, Jakarta, Puncak Cisarua dan Yogyakarta. Mereka berempat terpaksa harus kembali ke Jakarta karena ayah mereka yang sudah tua menderita stroke. Ini adalah sebuah kisah tentang sebuah keluarga. Ketika ego dan kehidupan pribadi ditubrukan dengan sesuatu yang namanya keluarga.
Ketika membaca kisah ini membuatku ingat pada keluargaku sendiri. Walaupun kami tidak bersaudara kembar, tetapi terkadang justru perasaan memiliki itu ada ketika kita tercerai berai. Ternyata darah itu memang lebih kental daripada air. Bagaimanapun keadaan kita, seperti apapun kita. Dan apapun yang terjadi pada kita, keluarga selalu jadi pihak yang selalu menerima kita apa adanya. Sejatinya kita. Keluarga akan jadi tempat kita kembali. Kalau pepatah bilang, setinggi tingginya bangau terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Seperti juga buatku, kemanapun aku pergi, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang atau bahkan London sekalipun. Aku tetap punya tempat untuk kembali. Wualah..kok malah jadi curhat gini sih...i miss Jakarta, I miss My family, i miss my friends..Kapan gw kembali ke Jakarta?? hiks3x *berlebihan*
Membaca kisah ini membuatku terharu hingga meneteskan air mata, juga sekaligus tertawa di bagian yang lain. Segar tapi juga menyentuh. Tak hanya itu kisah ini kritis. Dengan latar belakang keluarga keturunan Cina, Dimsum Terakhir banyak menceritakan bagaimana nasib dan perlakuan terhadap para warga keturunan Cina di era Orde Baru. Kritis, tanpa bermaksud menghakimi. Mengalir apa adanya. Saya sudah membaca hampir semua novel karya Clara Ng, dan hingga kini menurutku novel ini (dan Unreality Show) termasuk salah satu karya terbaiknya.
0 komentar:
Posting Komentar