Sudah waktunya aku berhenti. Keluar dari semua kebekuan ini. Aku benci menyerah. Tapi aku tak tahu cara lain. Tembok-tembok itu terlalu kuat ‘tuk kuhancurkan. Terlalu beku ‘tuk kucairkan. Setelah sempat bicara sesaat, dengan kalimat yang menyesakkan. Lantas kembali bisu tak terjamah.
Aku harus menerima kenyataan pahit kalau ternyata si empunya rumah memang tidak menginginkanku lagi di sini. Dan kalau ternyata, ia tak pernah benar-benar menginginkanku untuk menjadi penghuni tetapnya. Hanya tamu sementara. Mungkin untuk mengisi ruang-ruang hampanya yang telah ditinggal penghuni sebelumnya. Yang sampai sekarang mungkin gambarnya masih ada di mana-mana di seluruh penjuru rumah.
Tapi sudahlah, aku lelah dengan semua permainan ini. Sekarang sudah saatnya berhenti. Aku harus keluar dari tempat ini. Tetapi di manakah pintu keluarnya? Aku pergi, bukan berarti aku membenci tempat ini atau pemiliknya. Aku ingin bisa sekali-sekali datang bertamu sebagai sahabat, sama seperti sebelumnya. Sebelum aku diundang masuk dan menginap sementara. Yang akhirnya aku malah tersesat di dalamnya.
Tetapi aku tahu, itu semua butuh waktu. Tak hanya aku yang sakit dan tersesat. Tetapi bisa jadi rumah ini juga merasakan kesakitan yang sama. Ia harus kembali sepi dan hampa tanpa pelita. Aku ingin menjadi pelita hidupnya. Aku ingin menemani hingga tak lagi hampa. Tetapi sepertinya rumah ini tidak mengijinkan aku melakukannya. Ia lebih suka sendiri dalam bisu dan hampa. Dan aku belum mampu untuk bisa bertahan di dalamnya sendirian dalam dingin dan bisu yang membeku.
Life must go on, right? Tentang esok dan nanti biarkan waktu yang akan menjawab semuanya.
Malaikat Juga Tahu – Dewi Lestari
Lelahmu jadi lelahku juga.
Bahagiamu bahagiaku pasti.
Berbagi takdir kita selalu.
Kecuali tiap kau jatuh hati.
Kali ini hampir habis dayaku.
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata.
Setia hadir setiap hari.
Tak tega biarkan kau sendiri.
Meski seringkali kau malah asyik sendiri.
Karena kau tak lihat terkadang malaikat.
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan.
Namun kasih ini silakan kau adu.
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya.
Hampamu tak kan hilang semalam.
Oleh pacar impian Tetapi kesempatan.
untukku yang mungkin tak sempurna.
Tapi siap untuk diuji.
Kupercaya diri.
Cintakulah yang sejati.
Namun tak kau lihat terkadang malaikat.
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan.
Namun kasih ini silakan kau adu.
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya,
Kau selalu meminta terus kutemani.
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti.
Relakan ku pergi.
Karna tak sanggup sendiri.
Namun tak kau lihat terkadang malaikat.
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan.
Namun kasih ini silakan kau adu.
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya.
Balikpapan, 5 Februari 2011
0 komentar:
Posting Komentar