Pages

Jumat, 02 Oktober 2009

Life and Love


Akhir pekan kali ini benar-benar jadi hari bermalasan sedunia. Setelah menyelesaikan rutinitas akhir pekan yaitu bersih-bersih rumah, aku mencoba jalan-jalan ke satu-satunya mall di kota ini. Untuk membuang suntuk rencananya. Tapi jangan bayangkan mall di sini seperti di kota besar apalagi Jakarta. Ini bukanlah kota kecil. Tetapi sebuah desa besar, yang baru mulai menjadi kota. Awal September lalu dibukalah bioskop 21 pertama di kota Palangkaraya. Yihaa.. akhirnya.. welcome to peradaban. He3x.

Bosan dengan suasana mall yang biasa saja. Mungkin karena terbiasa dgn mall-mall di Jakarta yang banyak, beragam dan ruarr..biasa banyak dan besarnya, saya merasa ini tak ubahnya sebuah minimarket besar. Maaf saja, bukan bermaksud menghina. Tetapi ini realitanya. Inilah bukti betapa tidak berimbang dan meratanya pembangunan kita. Jiah..tiba-tiba kumat lagi dech seriusnya. Maklum, sebagai orang yg pernah kuliah di jurusan ekonomi studi pembangunan, kerjaan kami adalah menganalisa dan mengkritisi (baca: mencela) kebijakan-kebijakan pemerintah. Mau di tataran makro? mikro? atau sekedar teoritis saja? Hajar sajalah. Jadi teringat, saat kuliah dulu, Entah berapa banyak jam kuliah kulewatkan. Entah berapa banyak absenku dititipkan ke teman. Demi satu tujuan : agar tetap diijinkan ikut ujian. Buat ukuran saya yang datang ke kampus hanya kalau sedang ujian saja, sampai-sampai ada teman yang menyangka saya sudah DO karena jarang nongol di jam kuliah , saya masih bisa dapat IPK di atas tiga. Not too bad lah. Buat semua teman yang pernah membantu dan bersedia “dititipkan” absen serta meminjamkan catatan, I just wanna say :”Tq so much ya. Luv u all”. Karena kalianlah saya boleh ikut ujian dan akhirnya lulus dari kampus hijau tercinta. He3x =D

Back to masa kini. Sepulang dari mall, saya kembali ke tempat persembunyian. Apa lagi kalau bukan rumah kontrakanku yang mini. Kembali bermalasan. Makan, ngenet, tidur, baca buku-buku ringan, makan lagi trs apa lagi ya? Oh iya, tadi sudah janji mau menelpon seorang sahabat yang lagi dilanda problema cinta. Sesi share n curhat ceritanya. Sahabat saya itu, katakanlah namanya D, sedang dilanda jatuh cinta dengan seseorang di kantornya. Ini adalah sebuah hal yang cukup mengejutkan buat saya. Saya mengenal dia sejak kami masuk kuliah. Walaupun awalnya kami sering sekali bersitegang dan berbeda pendapat, bahkan kalau boleh dikatakan bermusuhan, seperti anjing dan kucing. Entah kenapa, nasib dan waktu malah membuat kami jadi sahabat dekat. Bahkan saat ini dia adalah sahabat terdekat yang kumiliki. Terkadang suka tertawa sendiri kalau ingat bagaimana kami dulu berdebat dan bertengkar. Sampai-sampai keluar kata-kata yang –maaf- agak berlebihan. Ha ha ha =D Memang ya, kita tak kan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa jadi orang yang saat ini kau benci, akan kau cintai nanti. Dan sebaliknya bisa jadi, orang yang kau cintai setengah mati saat ini akan kau benci mati juga nanti. We never know what will happen at the future. That’ s right? So sederhana aja. Jangan berlebihan. Jadi ingat nasihat seorang kawan “Jalani segala sesuatunya dengan sederhana. Termasuk dalam hal mencintai”. So wise.

Kembali ke problema sahabat saya tadi. Setelah cerita panjang lebar, kami sampai pada satu kesimpulan. Kalau ternyata kami sedang terjangkit “penyakit yang sama”. Sesuatu yang cukup luar biasa. Karena kami sama-sama tahu seperti apa pribadi kami berdua. Banyak sekali kesamaan di antara kami, apa karena kami terlahir di bawah naungan rasi bintang yang sama? What everlah. Membaca jalan pikirannya, hampir sama dengan jalan pikiranku sendiri (walaupun tdk sama persis). Bahkan, kalau kami sama2 iseng test2 di FB, hasilnya 70% selalu sama. Kami adalah teman sehati, baik dalam berbuat kebaikan maupun kejahatan (dan maksiat juga pastinya ^^ ). Makanya, saat D bercerita kalau dia sedang jatuh cinta, agak kaget juga mendengarnya. Sepanjang saya kenal dia, memang D pernah beberapa “suka” dengan pria. Tetapi tidak pernah seserius ini. sahabatku itu sampai berpikir untuk menikah. Dia yang kukenal PD, smart, ceria, ramai, easy going dan punya banyak impian –sama seperti saya- bisa berubah banyak. Amazing sekali rasanya. Apakah cinta yang telah membuatnya berubah? Sehebat itukah?


Tiba-tiba kilatan episode dan memori muncul lagi. Rasa itu tumbuh lagi. Aku tercenung. Apakah itu sama dgn yang saat ini juga kurasa? Apakah itu juga cinta? Apakah itu nyata? Ataukah itu hanya sebuah cinta sesaat bahkan sebuah pelarian belaka? Pertanyaan-pertanyaan muncul silih berganti. Hatiku berkecamuk. Emosiku jungkir balik. I just meet him. I still don’t know his good side nor his bad side. I just know him. But, strangely, I thought that is enough. Even I’m not sure whether this is real or not. I try not to think too far. Just enjoy. Oh No, damn shit.

Otakku memaki saat menyadari bahwa saya juga “terjangkit” virus yang sama. Walaupun mungkin dengan kadar yang berbeda. Untuk yang terakhir ini, just heaven knows.


Kalau bicara soal cinta, ga ada matinya. Semua orang pasti pernah jatuh cinta, baik disadari ataupun tidak. Seorang teman pernah bilang kalau ”perasaan suka, cinta, sayang, benci adalah fitrah manusia. Jadi nikmati aja”. Bener juga sih. Nikmati saja, selama belum dilarang dan masih bebas pajak. Karena kalau sudah dilarang namanya jadi cinta terlarang dunk *tiba-tiba sayup-sayup terdengar lagu cinta terlarang dari The Virgin*.

Kembali ke alam nyata, kesadaranku tersentak ketika mendengar nyayian di dalam perut. OMG, masa jam segini udah lapar lagi. Cacing-cacing piaraanku memang luar biasa. Apalagi kalau sedang banyak pikiran begini (personal n kerjaan sih) pasti mereka cepat sekali bernyanyi. Akhirnya kulangkahkan kakiku ke arah dapur dan memasak mie rebus. Maklumlah, sebagai orang yang hidup sendiri di kota kecil begini, mie instan adalah makanan paling praktis, cepat dan mudah di dapat. Apalagi untuk kondisi gawat darurat begini.

Menikmati semangkuk mie rebus pedas dan hangat cukup membuat cacingku berhenti bernyayi. Kubuka laptopku, mulai browsing sana sini. Buka sana buka sini. Pikiranku melayang lagi. Ribuan pertanyaan datang dan pergi. Tumpukan rasa penasaran, ego dan perasaan menjadi tumpang tindih. Otakku bilang” mundur perlahan daripada tersakiti. Hatiku bilang “sabar sebentar bu, dia pasti kan datang lagi”. Egoku bilang ”maju terus pantang mundur. Kalaupun tetap gagal, anggap saja dia yang rugi. heuh”. Entahlah, kutak tahu mana yang akan kuikuti. Aku lelah dengan semua ketidakjelasan. Aku letih kalau harus terus menanti. Otakku teriak, egoku berontak. Aku adalah orang yang benci kekalahan. Tetapi aku juga sadar akan satu hal ‘kalau mencintai itu tak harus memiliki. Kalau berani jatuh cinta harus berani patah hati. Lagipula patah hati ga akan membuat orang mati.” Yang kubenci adalah sebuah penantian tak pasti. Ibarat bermain roller coaster yang terombang ambing tak pasti. Kadang naik kadang turun. At one time you grow all the flower in my heart. But not long time after that. You makes it all die. Just one word. I just need one word. Yes, or not. If yes, we could let it grow and flow. But if not, I could move on fast. Gampang kan? Pls tell me the truth. Betcha Neva.

Hah. CINTA. Rangkaian lima huruf yang ajaib. Sebuah kata yang bisa membuat orang bahagia, tertawa. Dan pada saat yang sama bisa membuat orang menderita, sakit, merana hingga berani berkorban apa saja. Cinta menjadi alasan orang untuk berjuang memetik bintang di angkasa. Cintalah yang membuat romeo dan Juliet nekad bertaruh nyawa. Begitu pula yang terjadi dengan Majnun dan Laila. Cinta pulalah yang memicu perang besar di Troya. Cinta juga yang membuat Cleopatra jadi ternama. Hah..cinta. aku menarik nafas panjang. Tercenung, termenung. aku baru menyadari kalau akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang yang di sekitarku yang terjangkit “virus” satu ini. Saat liburan di Jakarta kemarin, aku berkumpul dengan beberapa teman di “penhouse” radal yang ternama. Dan auranya adalah pinky pinky. Lagi-lagi cinta. Cinta. Lagi-lagi. Oh My God.

Sore tadi, selepas sholat magrib kulanjutkan sesi konsultasi tadi siang, still with same topic. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman pribadi beberapa kawan, cinta itu banyak macamnya. Jangan katakan Cinta pada Tuhan, cinta orang tua, cinta kemanusiaan, cinta tanah air dan segala macam cinta “baku” lainnya. Semua orang juga tahu. kalau kita harus punya cinta-cinta semacam itu. What I mean is, cinta –perasaan- di antara sesama manusia, tepatnya di antara dua orang manusia, yang umumnya berbeda jenis kelamin.

Let’s we share. Sebenernya apa sih cinta itu? ada yang bilang “cinta itu adalah sebuah pengorbanan”. Ada yang bilang “ love is time to take and give”. Ada yang bilang cinta itu emosi sesaat yang tak rasional, buta. Ada yang bilang cinta itu adalah bahasa halus dari nafsu. Love is chemistry between two people. Cinta adalah sejauh mana kita bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Etc..etc terlalu banyak filosof, teori, karya sastra dan tulisan yang bertemakan cinta. Saya sendiripun juga masih bingung kalau ditanya “apa sih cinta itu? I can’t answer that question. Not because I don’t know it. But because I don’t know how to explain it. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sesuatu yang datang tiba-tiba. I know I love you before I meet you. Terkadang lembut bagi seseorang dan berkobar menyala bagi orang lain. Cinta bisa berwujud sesuatu yang lembut, dan tanpa pamrih. Juga bisa menjadi api yang menyala di seluruh jiwa raga. Sesuatu yang bisa membuat segala sesuatunya terasa indah. Sesuatu yang bisa menaklukan ego dan kesombongan. Sesuatu yang bisa merubah jalan hidup, pikiran dan mimpi seseorang. Cinta bisa membuat seorang playboy Casanova menjadi seorang ayah yang pencinta anak-anaknya. Cinta bisa membuat seorang wanita yang selama ini bebas, lepas, mandiri dan tak pernah terpikir akan keluarga merubah mimpinya. Cinta bisa membuat wanita paling feminis yang pernah kukenal tiba-tiba merancang acara pernikahannya. Yah..cinta itu beragam dan bermacam. Dimaknai dan ditanggapi dengan berbeda oleh setiap orang. It’s unspeakable. Cinta tak perlu logika. Cukup dinikmati saja. Karena ini menyangkut hati, sesederhana itu, sekaligus juga sekompleks itu.

Ada seorang sahabat yang pernah menulis begini ‘kan kugantungkan cinta ini di atas sana, agar kau tahu kalau rasa ini ada karena-Nya”. it’s so sweet. So deep. I really like that statement. Memang Dialah yang Maha membolak balik hati manusia. Dialah Sang Penguasa hati manusia. Dialah yang telah membuatku memiliki rasa ini. Dia juga yang telah membuat temanku jatuh cinta. Dia Sang Maha Segala. Pertanyaanya adalah untuk apa? Yah, kalau perasaan itu timbul di dua sisi. Kalau tidak? Bertepuk sebelah tangan dunk. Bukankah itu akan menimbulkan kecewa dan sakit hati? Kadang kubertanya, kenapa cupid tak selalu mengarahkan panah asmaranya ke dua sisi pada saat yang sama? Only Heaven knows. Maybe that’s to make us learn. To make us be better. To make us stronger. Karena hidup seseorang tak kan sempurna sebelum ia mengenal cinta. Kalau Mahatma Gandhi Bilang “There is Life, There is Love”. What ever lah. Yang penting nikmati saja selagi bisa. Life is too beautiful. Never take it too seriously. Take it easy, enjoy.

***
More Than Words – The Extreme

Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel
More than words is all you have to do to make it real
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words
Now I've tried to talk to you and make you understand
All you have to do is close your eyes
And just reach out your hands and touch me
Hold me close don't ever let me go
More than words is all I ever needed you to show
Then you wouldn't have to say that you love me
Cos I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words


Dedicated to My special Best Friend “D” and for all the people whose fall in love
Enjoy it honey. I always believe that “God will give the best to us”. Everything happen must have any meaning. Okeh darling ;-)

Palangkaraya, 1 Oktober 2009

0 komentar:

Posting Komentar