Pages

Senin, 02 November 2015

Tak Ada Bengkulu, Bali pun Jadi. Mimpi Yang Tertunda

Setelah dari Kepulauan Riau bukan Maret 2015 lalu, target saya selanjutnya adalah Bengkulu. Hanya tinggal propinsi ini saja dari seluruh 34 propinsi di Indonesia yang belum saya kunjungi. Sebagai tahapan final dari rangkaian perjalanan saya untuk meraih mimpi keliling Indonesia tercinta.

Plan awal, saya ingin ke Bengkulu pada saat libur 17 Agustus lalu. Akan tetapi karena situasi belum memungkinkan karena saat itu saya masih sibuk dengan urusan pindah rumah baru. Rencana itupun batal dan belum tau kapan lagi rencananya.

Baru pada akhir September lalu, saat ada even GATF, teman saya yang tau kalau saya ingin ke Bengkulu mengajak saya ke sana. Karena itu juga  salah satu target dia. Kalau saya ini adalah propinsi ke-34, buat dia ini adalah propinsi ke-30.

Akhirnya tiket sudah di tangan dengan rencana perjalanan yang kebetulan bersamaan dengan hari ulang thn saya. Saya memutuskan kalau trip ini akan jadi kado ulang tahun dari saya, untuk diri saya sendiri. Excited itu pasti. Walaupun awalnya beberapa teman sempat menanyakan apakah tepat saya ke sana di saat kabut asap sumatra yang tak kunjung reda. Tapi saat itu, saya optimis karena biasanya akhir oktober Dan awal November sudah mulai turun hujan dan asap pun mereda.

Semua sudah direncanakan, itinerary, rental motor selama di Sana sampai booking hotel. Sampai akhirnya drama itupun tiba.

Mulai dari cancel flight Garuda H-3 keberangkatan, terus berganti Citilink yang kami juga cancel. Sampai akhirnya kami membeli tiket Nam Air yang nahasnya juga cancel. Baru kali ini saya benar-benar merasa dizhalimi maskapai nasional, secara bersama dan berturut- turut. 3x beli tiket pesawat, 3x pula cancel flight. Kami yakin kalau cancel flight itu bukan karena kabut asap. Karena sejak awal Bengkulu tidak termasuk parah terkena dampaknya. Pun hujan sudah turun sehingga asap juga  sudah mereda.

Kerugian yang cukup banyak baik itu materi maupun non materi. Sampai akhirnya kami memutuskan membatalkan rencana ke sana hanya 1 hari, bahkan hanya 14 jam sebelum rencana awal keberangkatan. Saat itu saya berpikir jika sudah sampai ada halangan 3x terus kami paksakan, khawatir malah akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Sedih, kecewa itu pasti. Rasanya seperti mimpi yang sudah di depan mata terus lepas begitu saja. Seperti patah hati akan cinta yang kandas (itu lebay sih :p).

Saya tidak akan membahas detail soal semena-menanya maskapai nasional. Tulisan teman saya ini sudah sangat mewakili ceritanya. Apalagi dialah yang selama ini melakukan booking tiket dan hotel serta pengurusan ke maskapai. Sehingga dialah yang lebih tahu bagaimana ribetnya berurusan dengan maskapai yang mau seenaknya saja.

https://radenfirmansyah.wordpress.com/2015/10/30/semena-menanya-maskapai-lokal/

Lelah, kecewa itu pasti. Karena batal sudah kado ulang tahun untuk diri sendiri tahun ini. Apalagi saya sudah mengambil cuti 1 hari. Saya termasuk orang yang pelit cuti. Kalau tidak penting sekali tidak akan mengambil cuti. Akhirnya saya memutuskan untuk berganti rencana. Putar haluan.

Tetiba teringat seorang teman yang terakhir saya tau sedang kuliah di Bandung. Hari jumat jam 4 sore lewat saya menghubungi nomor Hpnya. Singkat cerita, ternyata teman saya itu saat ini sedang cuti akademik dan bekerja di Surabaya. Dia mengajak saya 'escape' ke Bali. Tanpa pikir panjang sayapun mengiyakan Dan mencari tiket. Di saat yang sama teman saya langsung menuju terminal bus Bungurasih Surabaya untuk go show mencari tiket  bus malam ke Denpasar. Dalam hal perjalanan, saya biasanya suka merencanakan perjalanan secara detail dan terencana. Akan tetapi jika semua rencana buyar di depan mata, spontan dan impulsive  adalah salah satu jalan keluarnya.
Jadilah saya terbang ke Bali untuk mengobati luka hati. Tak ada Bengkulu, plan ke Bandung atau berdiam di rumah di Bojong Bogor, akhirnya saya malah nyangkut di Bali. Semuanya berawalan huruf B. Enjoy Bali untuk ke sekian kali :)

Happy birthday to me.. Wish me all the best :)

Ubud, 2 November 2015.
Erry, yang berusaha menikmati hidup di umur yang kesekian.

0 komentar:

Posting Komentar