Pages

Rabu, 06 Oktober 2010

Kereta Hantu


Kuliah hari ini selesai larut malam. Setelah kelas selesai, buru-buru kulangkahkan kaki menuju stasiun kereta dekat kampus. Jalanan sudah sepi, para pedagangpun tak ada lagi. Stasiun sunyi.

Tak lama kemudian muncul kereta api dari arah selatan. Tanpa ragu kulangkahkan kaki masuk ke dalam. Di dalam gerbong kereta tak banyak penumpang. Hanya beberapa. Satu, dua,….kuhitung ada delapan orang termasuk aku. Kuperhatikan satu per satu. Di pojok depan, seorang pria paruh baya yang duduk seperti tertidur. Pulas, damai, terbuai dalam mimpi. Di seberangnya sepasang muda-mudi sedang asyik bercengkrama sambil sesekali mempertontonkan adegan mesra. Beuh, membuatku iri. Merasa jengah, kuedarkan pandangan ke bagian tengah gerbong. Nampak seorang nenek renta yang sedang duduk sendirian. Matanya kosong, nanar menatap ke arah kehampaan. Aku jadi teringat nenek di kampung halaman. Aku rindu. 

Tak jauh dari si nenek, ada seorang anak kecil yang sedari tadi mondar-mandir tak karuan. Bernyanyi kecil sambil sesekali melompat riang. Lucunya, pikirku. Tapi kenapa anak sekecil  itu bisa berada di kereta selarut ini sendirian? Kucoba memanggil sang anak, tetapi sepertinya yang ia tak mendengar. Lelah memanggil kuputuskan untuk diam. Kembali kuedarkan mata ke bagian belakang. Duduk seorang remaja pria dengan kaus kumal dan tas ransel di bahunya. Aku menduga ia anak SMA. Remaja itu sedang asyik mendengarkan music dari pemutar MP3nya. dan terakhir di pojok bagian belakang gerbong tampak seorang wanita muda bertampang muram. Wajahnya memancarakan kesedihan mendalam. Sempat kulihat ia seperti menangis tersedu sedan. Ingin kuhibur, tapi kutak berani mengganggu.

Delapan orang penumpang di gerbong tujuh. Semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Semua asyik dengan pikirannya masing-masing. Tanpa saling bicara  ataupun menyapa (kecuali pasangan muda-mudi di bagian depan).

Tak terasa kereta telah sampai di stasiun tujuan. Langsung saja kumelompat keluar kereta, lantas melangkah ke depan. Stasiun sangat sepi. Tak ada seorangpun yang kulihat. Setelah sampai di pelataran stasiun, aku disapa seorang pria tua berseragam -Petugas kebersihan PT. KAI sepertinya. Ia lantas bertanya padaku “ Neng malam-malam begini dari mana? Kok bisa ada di sini?” . Tanpa curiga aku jawab saja “Saya dari kampus pak, barusan saja turun dari kereta”. “Kereta yang mana neng? Sekarang sudah jam dua pagi. Kereta terakhir jam sembilan malam” ucap si Bapak tua tadi. “Loh tapi tadi saya ….” Kalimatku putus ditelan angin malam. Dalam sekejap semua terasa dingin, bulu kudukku berdiri….



0 komentar:

Posting Komentar